mari belajar tentang ilmu-ilmu keislaman, filsafat, teori-teori belajar dan lain sebagainya

Sunday, June 11, 2017

Filsafat Idealisme dan Matrealisme

               Filsafat Idealisme dan Matrealisme


           PENDAHULUAN
Filsafat modern terkenal pada abad ke 19, filsafat kritisme kant yang tergolong idealis dilanjutkan oleh pengikut-pengikutnya idealisme yang lain seperti Fiche, Schelling, Hegel. Namun bila dibandingkan dengan Kant, ketiga tokoh ini lebih radikal dan lebih idealis. Karena Kant disamping menempatkan subyek sebagai pengenalan,masih juga menerima adanya obyek belaka yang disebutnya sebagai benda dalam dirinya. Idealisme Jerman pernah mendominasi filsafat Jerman yang berusaha melengkapi projek revolusioner. Aliran idealism disebut juga spiritualisme,manusia primer dipandang sebagai makhluk rohani.
Materialisme sudah kita temukan dalam filsafat Yunani purba. Menurut demokritos, kenyataan itu terdiri atas atom yakni benda kecil yang tidak dapat dibagi, tidak dapat diamati, serta bersifat menetap. Konsep materi atau kebendaan juga dapat dijadikan dasar bagi suatu system filsafat yang lengkap dan berbicara tentang materialisme.

    II.            POKOK PERMASALAHAN
1.       Filsafat Idealisme, Materialisme dan Tokoh-tokohnya
2.       Dialektika Idealisme dan Materialisme

 III.            PEMBAHASAN

1)      Filsafat Idealisme, Materialisme dan Tokoh-tokohnya.
a.       Filsafat Idealisme, adalah suatu aliran yang mengajarkan bahwa hakikat dunia fisik hanya dapat dipahami kaitanya dengan jiwa dan roh. Istilah idealisme diambil dari kata idea,yakni sesuatu yang hadir dalam jiwa.[1]
Sejarah merupakan suatu proses rohaniah khuluk (nature). Dengan demikian,natur manusia menjadi kultur atau sesuatu yang rohaniah, kenyataan sejati yang rohaniah bersifat impersonalitas atau personalitas. Impersonalisme menunjuk pada kenyataan rohani yang tidak sadar terhadap dirinya, sedangkan personalisme bercirikan kesadaran terhadap diri. Sebagian orang memandang, bahwa seluruh kenyataan terdiri atas kesatuan-kesatuan spikis atau immaterialistis. Pandangan ini disebut pan psikisme atau monadisme sesuai dengan teori Leibnitz (1646-1716) tentang monade. Oleh karena itu idealisme mempersoalkan roh, jiwa, dan idea pribadi (personal). Manusia sebagai makhluk budaya ialah pendukung kenyataan ideal, seperti dunia norma atau nilai, dan roh yang meliputi norma-norma itu menunjukkan aspek-aspek rasionalitas, estetis dan religious. Oleh karena itu dapat dibedakan antara idealisme nasional, idealisme etis, idealisme estetis dan idealisme religious.
Ø  Menurut idealisme rasional, hakikat manusia adalah kesanggupan untuk berfikir. Aristoteles (380-322SM) menggolongkan jiwa vegetative, animal dan human ke dalam jiwa manusia. Jiwa manusia menunjukkan ciri-ciri yang khas,kesanggupan manusia untuk berfikir disebut nous (budi).
Ø  Pada asasnya,ucapan Descartes (1596-1650) ”cogito ergo sum” berarti bahwa hakikat saya sebagai manusia adalah berfikir. Pemikir Perancis yang dikenal sebagai seorang arsitek abad pemikiran modern ini mengajukan dua doktrin prinsip dunia filsafat. Doktrin pertama adalah reduksionalisme fisikomatematis yang komperensib yang menyatakan bahwa semua gejala yang terobvertasi terutama harus diterangkan dengan referensi terhadap interaksi partikel-partikel yang dapat diuraikan tersendiri dalam hal ukuran,bentuk,dan gerakan. Doktrin kedua adalah konsepsi tentang jiwa yang berada diluar pandangan murni yang pada hakekatnya hanya dapat dikuasai dari dalam melalui refleksi introspektif. Pada masa pencerahan, pendirian tersebut diperuncing menjadi pemujaan terhadap akal
Ø  Menurut Hegel (1770-1831), arti makna atau nous bukanlah sesuatu yang dimiliki tiap-tiap manusia,melainkan manusia menjadi alat nous yang meliputi seluruh alam semesta.
Ø  Hakikat manusia menurut idealisme etis ialah kemauannya,manusia primer dipandang sebagai makhluk sosial. Kant (1724-1804) pernah mengatakan bahwa segala sesuatu dialam semesta ini dapat diperalat kecuali manusia sebagai makhluk berbudi merupakan tujuan terhadap dirinya sendiri.
Ø  Idealisme estetis memandang perasaan sebagai hakikat manusia. Menurut Goethe (1749-1832), kenyataan merupakan karya kesenian, demikian pula kehidupan manusia. Berdasarkan pembawaannya yang wajar, manusia harus menjadi kepribadian yang selaras dengan seluruh kosmos.
Ø  Idealisme religious memandang kepercayaan sebagai hakikat manusia. Menurut Plato (427-347 SM), manusia dengan erosnya, senantiasa menuju pada idea-idea yang bersifat rohani. Sebenarnya kehidupan didunia adalah maya, kehidupan yang sejati hanya ditemukan di dalam alam idea, yaitu Tuhan merupakan idea tertinggi. Agustunus (354-430) memandang Tuhan sebagai roh yang menciptakan idea-idea itu.[2]

b.      Materialisme, dalam arti kata luas yang mengakui kekhususan alam rohani dan jiwa, tetapi memandangnya sebagai semacam alam kebendaan yang halus sekali sifatnya, lain dari pada alam kebendaan biasa atau kasar. Pandangan ini juga disebut Materialisme Dualistis. Menurut ucapan Comte yang terkenal paham materialisme dalam arti kata khas baru muncul, bila muncul struktur-stuktur yang lebih tinggi dan  lebih rumit dianggap berkembang dari struktur yang lebih rendah. Misalnya bila pikiran manusia diasalkan dari pada gerak otak, pandangan dunia ditafsirkan sebagai akibat dari pada getah gelenjar-gelenjar, aliran-aliran dalam dunia seni dihubungkan dengan keadaan ekonomi. Ada juga suatu aliran yang ingin menerangkan segala aktivitas manusia sebagai gejala suatu organisme hidup, pandangan ini dapat digolongkan pada materialisme. Kadang-kadang para penganut aliran ini lebih menekankan daya kehidupan dari pada struktur fisik yang mengembannya.[3] Adapun beberapa kritik yang dapat diberikan terhadap materialisme:
1.      Materialisme menyatakan bahwa alam wujud ini terjadi dengan sendirinya dari chaos (kacau balau).
2.      Materialisme menerangkan bahwa segala peristiwa diatur oleh hukum alam. Padahal pada hakikatnya hukum alam ini adalah perbuatan ruhani.
3.      Materialisme mendasarkan segala kejadian dunia dan kehidupan pada asal benda itu sendiri. Padahal dalil itu menunjukkan adanya sumber dari luar alam itu sendiri yaitu Tuhan.
4.      Materialisme tidak sanggup menerangkan suatu kejadian ruhani yang paling mendasar sekalipun[4].
Kaum materialisme menyangkal adanya jiwa atau roh, mereka anggap sebagai pancaran dari pada materi. Seperti perjalanan tidak lepas dari pada orang berjalan, demikian juga gagasan sebagai suatu yang bersifat rohani, tidak lepas dari pada organisme yang berfikir, demikian yang dituturkan oleh Thomas Hobbes ahli pikir Inggris (1588-1679). Berdasarkan alasan  yang sama  ia menyangkal adanya suatu ruang mutlak lepas dari pada barang-barang material.
Materialisme pada abad 18 dan 19 sering kali sangat bersifat mekanistis, seperti yang diutarakan oleh Holbach (1723-1789) segi manusia yang tak kelihatan disebut jiwa, sedangkan segi alam yang tak kelihatan disebut Tuhan, gambaran berganda ini kemudian diganti dengan menerangkan alam dan organisme manusia secara mekanistis belaka. Pengaruh Holbach Nampak pada kalangan kaum Ensiklopedis yang memperkenalkan ide-ide fajar budi lewat sebuah karya raksasa, yaitu Ensiklopedi.[5]
2)      Dialektika Idealisme dan Materialisme
Dialektika idealisme atau idealisme dialektis merupakan hasil pemikiran Georg Wilhelm Friedrich Hegel (1770-1831) yang sangat berorientasi sama ilmu sejarah, ilmu alam dan ilmu hukum. Ia dianggap sebagai murid Friedrich Wilhelm Joseph Schelling (1775-1854) karena tulisanya terpublikasikan setelah Schelling.
Terdapat beberapa hal penting dari pandangan Hegel. Pertama,dalilnya menyatakan bahwa segenap realitas bersifat rasional dan yang rasional bersifat nyata. Ia sangat mementingkan rasio pada subyek absolute. Ia berprinsip bahwa realitas seluruhnya harus disetarafkan dengan suatu subyek. Realitas adalah roh yang lambat laun menjadi sadar akan dirinya. Dengan pernyataan ia membantah pendapat filsafat kepercayaan dan sastra Jerman yang disebut “romantika” yang mengutamakan perasaan.
Kedua hal penting lainnya dianggap paling penting dari seluruh pemikiran Hegel, yaitu metode dialektik atau dialektika. Dialektika adalah uasaha mendamaikan, mengompromikan dua pandangan atau lebih atau keadaan yang bertentangan menjadi satu kesatuan. Herakleitos yang berpendapat,bahwa pertentangan adalah bapak segala hal, meskipun menghargai Fichte yang membedakan aku dan non aku. Fichte berbeda dengan Hegel, ia hanya membuat batas, sedangkan Hegel harus menghasilkan sesuatu yang baru.
Ada tiga fase dalam dialektika, fase pertama tesis menampilkan lawanya, antithesis sebagai fase kedua. Kemudian timbullah fase ketiga yang mendamaikan kedua fase itu yaitu “aufgehoben” artinya bermacam-macam dicabut, ditiadakan,dan tidak berlaku lagi. Hal ini disebut sintesis terdapat tesis dan antitesis tetap ada tetapi lebih sempurna. Contoh anak menjadi sintesis dari ibu dan bapak, dan demokrasi konstitusional menjadi sintesis dari diktator dan anarki, dan “menjadi” merupakan sintesis dari ada dan tiada.
Dalam membangun sistemnya, Hegel membagi filsafat menjadi tiga bagian yaitu:
1.      Logika ialah bagian filsafat yang memendang roh dalam diri sendiri.
2.      Filsafat alam memandang roh yang sudah ada atau diasingkan diluar diri sendiri.
3.      Filsafat roh menggambarkan bagaimana roh dapat kembali pada diri sendiri.

Bagian penting lainnya dari filsafat Hegel adalah sejarah. Pengertian utamanya adalah perjalanan atau proses menjadi sadarnya roh absolut. Proses tersebut berlangsung sepanjang sejarah hidup manusia sampai titik penghabisan.
Mengenai materialisme yang muncul berlawanan dengan idealisme dapat dikemukakan sebagai berikut. Berdasarkan dialektika materialisme bahwa seluruh kenyataan sejati adalah materi sehingga apapun dapat dijelaskan dalam proses material. Materialisme terbagi menjadi dua. Pertama materialisme yang banyak digunakan dalam menerangkan ilmu pengetahuan alam atau disebut materialisme ilmiah. Tokoh-tokohnya antara lain Ludwig Buechner (1824-1899), Jakop Molleschott (1822-1893), dan Ernst Haeckel (1834-1919). Kedua materialisme yang bersifat filsafat merupakan reaksi atas idealisme. Materialisme ini lebih pantas dibicarakan dalam rangka sejarah filsafat. Hegelian kiri meneruskan filsafat Hegel dengan prinsip Hegelian yang memeluk cara berfikir dan bertindak ekstrim, terutama dalam bidang politik dan agama. Pengikut pertama Hegelian Kiri adalah Ludwig Feuerbach (1804-1872). Selain belajar dari Hegel,ia mampu memberikan kritik yang tajam atas pemikiran Hegel yang dipandangnya sebagai puncak rasionalisme modern. Menurutnya,dalam rasionalisme selalu ada suasana religious sehingga pengenalan indrawi kurang mendapat penghargaan yang semestinya.
Selanjutnya Karl Marx (1818-1883) ia dianggap sebagai eksponen materialisme filsafat. Setelah mengenal filsafat Hegel menjadi eksponen Hegelian kiri, ia belajar hukum. Pikiran-pikiranya ekstrim sehingga tidak mudah masyarakat dan pemerintah menerimanya sampai akhirnya ia harus berpindah-pindah kota. Di paris setelah terusir dari Koeln, ia bersahabat dengan Friedrich Engels (1820-1895) anak pemilik pabrik tenun. Tentang dialektika Marx berpendapat bahwa segala sesuatu yang bersifat rohani merupakan hasil dari materi. Hal itu berarti bahwa bukan roh yang mendahului, melainkan materi sehingga sesuai dengan pendapat Feuerbach, ia mengajukan pemikiran materialisme dialektis. Dengan demikian Marx menolak materialisme Abad ke 18 yang tidak membedakan mesin dari makhluk hidup. Adapun materialisme ilmiah pada Abad ke 19 bersifat mekanis. Materialisme diakletis menganggap bahwa perubahan kuantitas dapat membuat perubahan kualitas.
Berdasarkan pendapat Marx dikenal juga sebutan yang lebih tepat yaitu materialisme historis yang merupakan ciri awal materialismenya, apabila materialisme diaklektis banyak dikerjakan Engels maka materialisme historis benar-benar merupakan gagasan Marx sendiri. Pendapat lain mengatakan bahwa kita perlu memandang Marx sebagai eksponen materialisme dialektis dari pada materialime historis. Arah yang ditempuh sejarah ditentukan perkembangan saran produksi yang bersifat material. Meskipun alat produksi dibuat manusia, namun sejarah tidak bergantung pada kehendak manusia. Meskipun manusia membuat sejarah, tetapi ia tidak bebas seperti materi sendiri. Begitu pula halnya dengan sejarah ditentukan secara dialektis bukan mekanis. Sejarah ini bergulir menuju keadaaan ekonomi tertentu,yaitu ekonomi komunis, Artinya milik pribadi menjadi milik bersama.
Menurut Marx sarana produksi menentukan hubungan produksi ialah hubungan antar manusia yang ditentukan oleh kedudukannya dalam proses produksi. Dengan demikian terjadilah perbedaan antara pemilik dan pekerja. Dalam masyarakat industri terbentuk dua kelas yang bertentangan yaitu kaum kapitalis yang memiliki alat produksi dan kaum proletar yang menjual tenaga pada kapitalis. Karena adanya kapitalisme,manusia diasingkan dari kodratnya sendiri, yaitu dalam bentuk kenyataan. Artinya apa yang dihasilkan tidak menjadi miliknya sendiri dan tidak menjadi bagian darinya tetapi milik kapitalis. Besarnya kapital merupakan faktor yang menentukan perkembangan struktur masyarakat. Barang kali hal ini merupakan kegagalan yang berhubungan dengan ciri historis dan filsafat materialisme bukan ciri dialektiknya. Sebagai ideologi politik, materialisme ini berkembang di negara-negara yang karenanya menjadi komunis, yaitu Sovyet dan Republik Rakyat Cina.[6]

          KESIMPULAN
Ø  Materialisme merupakan faham atau aliran yang menganggap bahwa dunia ini tidak ada selain materi atau alam dan dunia fisik adalah satu. Pada abad pertama masehi faham materialisme tidak mendapat tanggapan yang serius, bahkan pada abad pertengahan orang menganggap asing terhadap faham materialisme ini. Baru pada zaman Aufklarung (perpecahan) materialisme mendapat tanggapan dan penganut yang penting di Eropa Barat.
Ø  Idealisme adalah suatu ajaran atau faham yang menganggap bahwa realitas ini terdiri atas roh-roh atau jiwa, ide-ide dan fikiran atau yang sejenisnya. Aliran ini merupakan aliran yang sangat penting dalam perkembangan sejarah pikiran manusia. Mula-mula dalam filsafat barat kita temui dalam bentuk ajaran yang murni dari Plato yang menyatakan bahwa alam, cita-cita itu adalah yang merupakan kenyataan sebenarnya. Adapun alam nyata yang menempati ruang ini hanyalah berupa bayangan saja dari alam idea itu.


        PENUTUP
Demikian makalah yang kami buat,kami menyadari akan keterbatasan pengetahuan kami dan ketidak sempurnaan dalam pembuatan makalah ini. Karena kesempurnaan hanya milik Allah SWT semata. Untuk itu kami mengharap adanya kritik dan saran dari pembaca demi kesempurnaannya makalah kami selanjutnya. Kami mohon maaf atas segala kekurangan makalah yang kami buat. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.Amin.

DAFTAR PUSTAKA

 Maksum ali.2011.pengantar filsafat dari masa klasik hingga postmodernisme.jogyakarta:ar-ruzz media.
Wiramihardja  Sutardjo.2006.Pengantar filsafat.Bandung:Refika aditama.
Peursen Van.1979.orientasi di dalam filsafat.jakarta:gramedia.




[1] Ali maksum.pengantar filsafat dari masa klasik hingga postmodernisme.jogyakarta:ar-ruzz media.2011.h.361
[2] Prof. Dr. Sutardjo A.wiramihardja,Psi.Pengantar filsafat.Bandung:Refika aditama.2006.h.139.
[3] Van peursen.orientasi di dalam filsafat.jakarta:gramedia.1979.h.152
[4] Ali maksum.op cit.h.356
[5] Van peursen.ibid. h.158
[6] Prof.Dr.sutardjo wiratmaja.op.cit h.62-65
Share:

0 komentar:

Post a Comment

Powered by Blogger.

About us