mari belajar tentang ilmu-ilmu keislaman, filsafat, teori-teori belajar dan lain sebagainya

Sunday, November 5, 2017

KOMPONEN DASAR PEMBENTUK ILMU PENGETAHUAN MENURUT ARCHIE J. BAHM

KOMPONEN DASAR PEMBENTUK ILMU PENGETAHUAN
MENURUT ARCHIE J. BAHM

Makalah

Disusun guna memenuhi tugas
Mata kuliah : Filsafat Ilmu Keislaman

Description: C:\Users\User\Pictures\uin.jpg
Oleh :
Moh Falihul Isbah       (1600118053)


PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2017
                               I.            PENDAHULUAN
Pengetahuan merupakan hasil proses dari usaha manusia untuk tahu. Berbedanya cara dalam mendapatkan pengetahuan tersebut serta tentang apa yang dikaji oleh pengetahuan tersebut membedakan antara jenis pengetahuan yang satu dengan yang lainnya.
Pengetahuan dikembangkan manusia disebabkan dua hal utama yakni, pertama, manusia mempunyai bahasa yang mampu mengkomunikasikan informasi dan jalan pikiran yang melatarbelakangi informasi tersebut. Kedua adalah kemampuan berpikir menurut suatu alur kerangka berpikir tertentu. Secara garis besar cara berpikir seperti ini disebut penalaran.
Penalaran merupakan suatu proses berpikir dalam menarik suatu  kesimpulan yang berupa pengetahuan. Agar pengetahuan yang dihasilkan itu mempunyai dasar kebenaran maka proses berpikir itu harus dilakukan melalui suatu cara tertentu. Suatu cara tertentu baru dianggap sahih (valid) kalau proses penarikannya dilakukan menurut cara tertentu. Cara penarikan kesimpulan ini disebut logika, di mana logika secara luas dapat didefinisikan sebagai “pengkajian untuk berpikir secara sahih”.
Pengetahuan banyak jenisnya, salah satunya adalah ilmu. Ilmu merupakan bagian dari pengetahuan yang objek telaahnya adalah dunia empiris dan proses mendapatkan pengetahuannya sangat ketat yaitu menggunakan metode ilmiah. Ilmu menggabungkan logika deduktif dan induktif, dan penentu kebenaran ilmu tersebut adalah dunia empiris yang merupakan sumber dari ilmu itu sendiri.

                            II.            RUMUSAN MASALAH
Dari latar belakang tersebut, kami memfokuskan pembahasan pada rumusan masalah sebagai berikut :
A.    Siapakah Archie J. Bahm ?
B.     Bagaimana definisi Ilmu Pengetahuan ?
C.     Bagaimana pembagian komponen dasar ilmu pengetahuan menurut Archie J. Bahm ?

                         III.            PEMBAHASAN
A.    Archie J. Bahm
Archie John Bahm yang lahir pada tanggal 21 Agustus 1907 dan meninggal pada tanggal 12 Maret 1996 ini  adalah seorang filsuf Amerika dan profesor filsafat di Universitas New Mexico. Bahm menjabat sebagai Plt Ketua University of New Mexico Departemen Filsafat 1954-1955 dan lagi dari tahun 1964 sampai 1965. Dia adalah anggota dari berbagai komite untuk mendukung dan  mempromosikan pertukaran  ide-ide filosofis dan terorganisir Albuquerque Bab Daerah Barat Asosiasi Humanis Amerika pada tahun 1954.[1]

B.     Ilmu Pengetahuan
Kata ilmu berasal dari bahasa Arab (alima) dan berarti pengetahuan.[2] Menurut Carles Siregar, yang dikutip oleh amsal bakhtiar dalam bukunya yang berjudul filsafat ilmu menjelaskan bahwa ilmu adalah proses yang membuat pengetahuan.[3]
Secara bahasa (etimologi), pengetahuan berasal dari bahasa inggris yaitu knowledge. Dalam encyclopedia of philosophy dijelaskan bahwa definisi pengetahuan adalah “kepercayaan yang benar (knowledge is justified true belief).[4] Menurut istilah (terminologi), pengetahuan adalah apa yang diketahui atau hasil pekerjaan tahu. Menurut Sidi Gazalba dalam bukunya sistematika filsafat, pekerjaan tahu adalah hasil dari kenal, sadar, insyaf, mengerti dan pandai.[5] Sehingga pengetahuan merupakan hasil dari proses usaha belum tahu untuk menjadi tahu.
Masalah munculnya pengetahuan adalah masalah yang amat penting dalam epistemologi, sebab akan menimbulkan jawaban yang bervariasi paham filsafatnya, apakah jawaban itu bersifat apriori (jawaban yang belum terbukti dengan pengalaman indra maupun batin) atau aposteriori (jawaban yang telah terbukti dengan adanya pengalaman dan percobaan). Dengan demikian, Abbas Hammami berpendapat yang dikutip surojiyo pada bukunya yang berjudul ilmu filsafat bahwa pengetahuan ini bertumpu pada kenyataan objektif.[6] Dibawah ini ada beberapa sumber dalam memperoleh pengetahuan, yaitu:
1.      Pengalaman indera (sense experience)
Pengindraan adalah alat yang paling vital dalam memperoleh pengetahuan, karena pengetahuan berawal mula dari kenyataan yang dapat diinderai. Paham seperti ini dapat juga disebut dengan realisme, yaitu paham yang berpendapat bahwa semua yang dapat diketahui adalah kenyataan saja.
2.      Nalar (reason)
penalaran (reason) yaitu berfikir dengan menggabungkan beberapa pemikiran yang dianggap dapat diterima (rasional) untuk memperoleh pengetahuan.
3.      Otoritas (authority)
Otoritas adalah kekuasaan yang sah yang dimiliki oleh seseorang dan diakui oleh kelompoknya. Otoritas menjadi salah satu sumber pengetahuan karena dengan hak otoritas seseorang, kelompok memiliki pengetahuan, dan pengetahuan yang diperoleh melalui otoritas ini biasanya tidak diujikan lagi kebenarannya, karena kewibawaan sang penguasa.
4.      Intuisi (intuition)
Intuisi adalah suatu kemampuan manusia melalui proses kejiwaan yang mampu membuat suatu pernyataan yang dapat diakui sebagai pengetahuan. Pengetahuan yang diperoleh dari intuisi ini tidak dapat dibuktikan melalui kanyataan, namun diyakini kuat sebagai pengetahuan.




5.      Wahyu (revelation)
Wahyu adalah berita yang disampaikan tuhan kepada utusannya untuk kepentingan umat. Yang kemudian dijadikan sebagai suatu kepercayaan karena didalamnya terdapat pengetahuan.[7]
C.    Komponen Dasar Ilmu Pengetahuan
Archie J. Bahm dalam  tulisannya yang berjudul “Apa Itu Ilmu” (What is Science),  mengatakan, ilmu pengetahuan terkait dengan masalah. Masalah adalah bagian dari ilmu pengetahuan. Jika tidak ada masalah, maka tidak akan muncul ilmu pengetahuan. Pengetahuan ilmiah adalah hasil dari pemecahan masalah  ilmiah. Jika tidak ada masalah, maka tidak ada pemecahan masalah, dengan demikian tidak ada pengetahuan ilmiah. Untuk menjadi ilmiah, maka seseorang harus memiliki kemauan untuk mencoba memecahkan masalah.
Menurut Bahm, ilmu pengetahuan setidaknya melibatkan enam  komponen penting: 1) masalah (problems);  2) sikap (attitude);  3) metode (method);  4) aktivitas (activity);  5) kesimpulan (conclusion); 6) pengaruh (effects).
1.      Masalah (Problems) Masalah mana yang dianggap mengandung sifat ilmiah? Menurut Bahm, suatu masalah bisa dianggap ilmiah, sedikitnya memiliki tiga ciri: 1) terkait dengan komunikasi; 2) sikap ilmiah dan 3) metode ilmiah. Tidak ada masalah yang disebut ilmiah kecuali masalah tersebut bisa dikomunikasikan kepada orang lain. Jika belum atau tidak dapat dikomunikasikan kepada orang lain atau masyarakat maka belum dianggap ilmiah. Tidak ada masalah yang pantas disebut ilmiah kecuali masalah tersebut bisa dihadapkan  pada sikap ilmiah. Demikian pula tidak ada masalah yang pantas disebut ilmiah kecuali harus terkait dengan metode ilmiah.
2.      Sikap (attitude) Sikap ilmiah (scientific attitude) menurut Bahm setidaknya harus memiliki enam ciri pokok, yaitu: 1) keingintahuan (curiosity); Keingintahuan harus dimiliki oleh seorang ilmuwan, seperti keinginan untuk menyelidiki, investigasi, eksplorasi, dan eksperimentasi. 2) spekulasi (speculativeness); Hal ini penting dalam rangka menguji hipotesis. Spekulasi juga merupakan ciri penting dalam sikap ilmiah. 3) kemauan untuk berlaku objektif (willingness to be objective); Sikap ini  penting, sebab objektivitas merupakan  ciri ilmiah. Sikap demikian harus dimiliki oleh seorang ilmuwan. 4) terbuka (open-maindedness); artinya selalu bersedia menerima kritik dan saran ilmuwan lain secara lapang dada. 5) kemauan untuk menangguhkan penilaian (willingness to suspend judgment) artinya bersedia menangguhkan keputusan sampai semua bukti penting terkumpul. dan 6) bersifat sementara (tentativity) artinya harus menerima bahwa kesimpulan ilmiah bersifat sementara.
3.      Metode (Method) Menurut Bahm, bahwa esensi dari sebuah pengetahuan adalah metode. Setiap pengetahuan memiliki metodenya sendiri sesuai dengan permasalahannya. Meski diantara para ilmuwan terjadi perbedaan tentang metode ilmiah, tetapi mereka sepakat bahwa masalah tanpa observasi tidak akan menjadi ilmiah, sebaliknya observasi tanpa masalah juga tidak akan menjadi ilmiah. Menurutnya, bahwa ilmu pengetahuan adalah aktivitas menyelesaikan masalah dan melihat metode ilmiah sebagai sesuatu yang memiliki karakteristik yang esensial bagi penyelesaian masalah. Ada lima langkah esensial dan ideal –menurut Bahm– dalam menerapkan metode ilmiah yang harus dipahami oleh seorang peneliti (ilmuwan), yaitu 1) memahami masalah; 2) menguji masalah; 3) menyiapkan solusi; 4) menguji hipotesis  dan 5) memecahkan masalah.
4.      Aktivitas (Activity) Aktivitas dimaksud adalah penelitian ilmiah, yang memiliki dua aspek: individual dan sosial. Aktivitas penelitian ilmiah meliputi:  1) observasi; 2) membuat hipotesis, 3) menguji observasi dan hipotesis dengan cermat dan terkontrol.
5.      Kesimpulan (Conclusion) Kesimpulan merupakan penilaian akhir dari suatu sikap, metode dan aktivitas.  Kesimpulan ilmiah tidak pasti, tetapi bersifat sementara dan tidak dogmatis. Bahkan  jika kesimpulan dianggap dogmatis, maka akan mengurangi sifat dasar dari ilmu pengetahuan tersebut. Pada dasarnya ilmu pengetahuan itu bersifat tidak stabil, setiap generasi berhak untuk menginterpretasikan kembali tradisi ilmu pengetahuan itu.
6.      Pengaruh (Effects) Ilmu pengetahuan memiliki dua pengaruh, yaitu: 1) pengaruh terhadap teknologi dan industri; 2) pengaruh pada peradaban manusia. Industrialisasi yang berkembang dengan pesat merupakan produk dari ilmu pengetahuan yang mempunyai dampak besar terhadap perkembangan ilmu, sehingga nampak seperti yang terjadi dalam perubahan sifat ilmu itu sendiri. Proses industrialisasi tidak akan dapat diputarulang yang akhirnya ilmu pengetahuan itu sendiri mengalami proses terindustrialisasi. Ilmu pengetahuan yang terindustrialisasi ini menjadi bagian utama dari penggerak ilmu pengetahuan dan  menjadi sebuah sumber bidang penelitian yang memiliki prestise tinggi.[8]
Dengan demikian dapat dipahami bahwasanya ilmu merupakan erat kaitannya dengan masalah yang nantinya menjadi pengetahuan dan bisa dinyatakan pengetahuan ilmiah jika melibatkan komponen-komponen ilmu pengetahuan ilmiah.
                         IV.            KESIMPULAN
Ilmu dapat diartikan sebagai suatu  metode berfikir secara obyektif dalam menggambarkan dan memberi makna terhadap dunia faktual dan berprinsip untuk mengorganisasikan dan mensistematisasikan common sense, Sedangkan Pengetahuan merupakan hasil dari proses usaha manusia untuk menjadi tahu, sehingga ilmu pengetahuan merupakan kumpulan pengetahuan yang benar-benar disusun dengan sistematis dan metodologis untuk mencapai tujuan yang berlaku universal dan dapat diuji atau diverifikasi kebenarannya.
Sedangkan pemikiran Bahm merupakan salah satu penganut empirisme, hal ini dapat dilihat dari kerangka berpikirnya dalam proses penemuan ilmu (epistemology) yang berawal dari masalah didasarkan pada fakta-fakta yang tertangkap melalui pengalaman manusia dan berahir pada pemahaman serta pengaruh/ efeknya.

                            V.            Penutup
Demikian yang dapat pemakalah sajikan, kami menyadari masih banyak kekurangan sehingga kritik dan syaran yang sifatnya membangun sangat kami harapkan. Terima kasih




DAFTAR PUSTAKA

Bakhtiar , Amsal.2004. Filsafat Ilmu (edisi revisi). Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Gazalba , Sidi.1992.Sistematika Filsafat. Jakarta: Bulan Bintang.
Ihsan , H.A.Fuad, 2010, Filsafat Ilmu,. Jakarta: Rineka Cipta.
Surajiyo. 2005. Ilmu Filsafat ; Suatu Pengantar. Jakarta: Bumi Aksara.
eprints.undip.ac.id/20634/1/2471-ki-fh-02.pdf
https://en.wikipedia.org/wiki/Archie_J._Bahm



[1] https://en.wikipedia.org/wiki/Archie_J._Bahm
[2] H.A.Fuad Ihsan, 2010, Filsafat Ilmu,( Jakarta: Rineka Cipta), hlm. 57.
[3] Amsal Bakhtiar, 2004, Filsafat Ilmu, (edisi revisi), Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, hlm.91.
[4] Amsal Bakhtiar, 2004, Filsafat Ilmu, (edisi revisi), Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, hlm. 85.
[5] Sidi Gazalba.1992.Sistematika Filsafat. (Jakarta: Bulan Bintang, Cet 1.), hlm. 21.
[6] Surajiyo. 2005. Ilmu Filsafat ; Suatu Pengantar. (Jakarta: Bumi Aksara). hlm. 55.
[7] Surajiyo. 2005. Ilmu Filsafat ; Suatu Pengantar. (Jakarta: Bumi Aksara). hlm. 55.
[8] eprints.undip.ac.id/20634/1/2471-ki-fh-02.pdf
Share:

1 comment:

Powered by Blogger.

About us