mari belajar tentang ilmu-ilmu keislaman, filsafat, teori-teori belajar dan lain sebagainya

Monday, June 5, 2017

Teori Belajar Learning Cycle (Siklus Belajar)

Teori Belajar Learning Cycle (Siklus Belajar)
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Masalah
Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat fundamental dalam penyelenggaraan setiap jenis dan jenjang pendidikan. Sebagian orang beranggapan bahwa belajar adalah semata-mata mengumpulkan atau menghafalkan fakta-fakta yang tersaji dalam bentuk informasi atau materi pelajaran. Skinner berpendapat bahwa belajar adalah suatu proses adaptasi atau penyesuaian tingkah laku itu lantaran adanya hubungan stimulus dengan respons.[1]
Model pembelajaran adalah suatu rencana atau pola yang dapat digunakan untuk membentuk kurikulum (rencana pembelajaran jangka panjang), merancang bahan-bahan pembelajaran, dan membimbing pembelajaran di kelas atau yang lain.Siklus belajar bersandar pada konstruktivisme sebagai dasar teoritisnya. “Konstruktivisme adalah model dinamis dan interaktif tentang bagaimana manusia belajar”.[2] Sebuah perspektif konstruktivis menganggap siswa harus terlibat secara aktif dalam pembelajaran mereka dan konsep tidak ditransmisikan dari guru ke murid tapi dibangun oleh siswa. Model pembelajaran berdasarkan teori konstruktivisme salah satunya adalah model pembelajaran Learning Cycle (siklus belajar).
Pada tahun 1960-an, Robert Karplus dan rekannya mengusulkan dan menggunakan model pembelajaran berdasarkan karya Piaget. Model ini akhirnya akan disebut Siklus Belajar. Sejumlah penelitian telah menunjukkan bahwa siklus belajar sebagai model pengajaran jauh lebih unggul daripada model transmisi pasif di mana siswa penerima pengetahuan dari guru mereka. Sebagai model pembelajaran, siklus pembelajaran memberikan pengalaman belajar aktif yang direkomendasikan oleh Standar Pendidikan Sains Nasional.
Siklus Belajar (Learning Cycle) adalah suatu model pembelajaran yang berpusat pada pembelajar (student centered). Learning Cycle merupakan rangkaian tahap-tahap kegiatan (fase) yang diorganisasi sedemikian rupa sehingga pebelajar dapat menguasai kompetensikompetensi yang harus dicapai dalam pembelajaran dengan jalan berperanan aktif. Learning Cycle pada mulanya terdiri dari fase-fase eksplorasi (exploration), pengenalan konsep (concept introduction), dan aplikasi konsep (concept application). Learning Cycle 3E saat ini telah dikembangkan dan disempurnakan menjadi 5E dan dan 7E.[3]

B.  Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah model pembelajaran Learning cycle ?

PEMBAHASAN

A.    Model Pembelajaran Learning Cycle
Pada dasarnya para siswa memasuki kelas dengan pengetahuan, ketrampilan dan motivasi yang berbeda-beda dari rumah. Ketika guru memberikan suatu materi pelajaran dalam kelas, siswa dalam menerima pelajaran tersebut ada yang cepat dan ada yang lambat. Untuk mengatasi masalah perbedaan kecepatan siswa dalam menerima materi dalam kelas dapat digunakan model pembelajaran Leaning Cycle. Learning Cycle, yaitu suatu model pembelajaran yang berpusat pada pebelajar (student centered). Learning Cycle patut dikedepankan, karena sesuai dengan teori belajar Piaget, teori belajar yang berbasis konstruktivisme, (Wibowo : 2010).
Kelebihan model pembelajaran LC (Learning Cycle) meningkatkan motivasi belajar karena pebelajar dilibatkan secara aktif dalam proses pembelajaran., dapat memberikan kondisi belajar yang menyenangkan, meningkatkan ketrampilan sosial dan aktivitas siswa, membantu siswa dalam memahami dan menguasai konsep-konsep fisika yang telah dipelajari melalui kegiatan atau belajar secara berkelompok, sehingga dapat meningkatkan hasil belajar fisika siswa. Sehingga, Model pembelajaran LC (Learning Cycle) ini cocok diterapkan dalam pembelajaran fisika karena dapat mengatasi kesulitan belajar siswa secara individu untuk memahami konsep karena lebih banyak digunakan untuk pemecahan masalah.[4]
B.     Learning Cycle 3E
Model siklus belajar pertama kali dikembangkan oleh Robert Karplus dari Universitas California, Barkley tahun 1970-an. Karplus mengidentifikasi adanya tiga fase yang digunakan dalam model pembelajaran ini yaitu preliminary exploration, invention, dan discovery. Berkaitan dengan tiga fase dalam learning cycle, Charles Barman dan Marvin Tolman menggunakan istilah exploration,concept introduction, dan concept application. Joseph Abruscato menggunakan istilah exploration, concept acquisition, dan concept application. Sedangkan Edmund Marek menggunakan istilah exploration, term introduction, dan concept application. Walaupun disebutkan dengan istilah yang berbeda, namun pada dasarnya mempunyai makna yang sama menurut.[5] Model siklus belajar adalah model pembelajaran yang dilaksanakan dengan tiga fase, yaitu fase eksplorasi, pengenalan konsep, dan aplikasi konsep. Kegiatan pembelajarannya dilakukan baik secara individual maupun berkelompok. Namun, secara umum langkah-langkah pembelajarannya, meliputi :
1. Menyelidiki suatu fenomena dengan bimbingan minimal, untuk membawa siswa pada identifikasi suatu pola keteraturan dalam fenomena yang diselidiki (fase eksplorasi).
2. Mendiskusikan konsep-konsep yang berhubungan dengan fenomena yang diselidiki (fase pengenalan konsep).
3. Menyediakan kesempatan kepada siswa untuk menggunakan konsep-konsep yang telah diperkenalkan untuk penyelidikan lebih lanjut (fase aplikasi konsep).[6]
C.     Learning Cycle 5E
Learning Cycle 5E adalah suatu model pembelajaran yang berpusat pada siswa (student centered). Learning cycle 5E merupakan rangkaian tahap-tahap kegiatan (fase) yang diorganisasi sedemikian rupa sehingga siswa berperan aktif untuk dapat menguasai kompetensi-kompetensi yang harus dicapai dalam tujuan pembelajaran. Learning cycle 5E merupakan salah satu metode perencanaan yang telah diakui dalam pendidikan IPA. Learning cycle 5E dikembangkan berdasarkan teori yang dikembangkan pada masa kini tentang bagaimana siswa seharusnya belajar. Metode ini merupakan metode yang mudah untuk digunakan oleh guru dan dapat memberikan kesempatan untuk mengembangkan kreativitas belajar IPA pada setiap siswa kita. Guru harus menemukan cara-cara memahami pandangan-pandangan siswa, merencanakan kerangka alternatif, merangsang kebingungan antar siswa dan mengembangkan tugas-tugas yang mengajukan konstruksi pengetahuan.[7]
Pembelajaran learning cycle terdiri dari lima tahap,[8] yang terdiri atas tahap pembangkitan minat (engagement), eksplorasi (exploration), penjelasan (explanation), elaborasi (elaboration), dan evaluasi (evaluation).
1. Tahap Pembangkitan Minat (Engagement) Tahap pembangkitan minat merupakan tahap awal dari siklus belajar. Pada tahap ini, guru berusaha membangkitkan dan mengembangkan minat dan keingintahuan (curiosity) siswa tentang topik yang akan diajarkan. Hal ini dilakukan dengan cara mengajukan pertanyaan tentang proses faktual dalam kehidupan sehari-hari (yang berhubungan dengan topik bahasan). Dengan demikian, siswa akan memberikan respon/jawaban, kemudian jawaban siswa tersebut dapat dijadikan pijakan oleh guru untuk mengetahui pengetahuan awal siswa tentang pokok bahasan, kemudian guru perlu melakukan identifikasi ada/tidaknya kesalahan konsep pada siswa. Dalam hal ini guru harus membangun keterkaitan/perikatan antara pengalaman keseharian siswa dengan topik pembelajaran yang akan dibahas.
2. Tahap Eksplorasi (Exploration) Pada tahap eksplorasi dibentuk kelompok-kelompok kecil antara 2-4 siswa, kemudian diberi kesempatan untuk bekerja sama dalam kelompok kecil tanpa pembelajaran langsung dari guru. Dalam kelompok ini siswa didorong untuk menguji hipotesis dan atau membuat hipotesis baru, mencoba alternatif pemecahnnya dengan teman sekelompok, melakukan dan mencatat pengamatan serta ide-ide atau pendapat yang berkembang dalam diskusi. Pada tahap ini guru berperan sabagai fasilitator dan motivator. Pada dasarnya tujuan tahap ini adalah mengecek pengetahuan yang dimiliki siswa apakah sudah benar, masih salah, atau mungkin sebagian salah sebagian benar.
3. Tahap Penjelasan (Explanation) Pada tahap penjelasan guru dituntut mendorong siswa untuk menjelaskan suatu konsep dengan kalimat/pemikiran sendiri, meminta bukti dan klarifikasi atas penjelasan siswa, dan saling mendengar secara kritis penjelasan antarsiswa atau guru. Dengan adanya diskusi tersebut, guru memberi definisi dan penjelasan tentang konsep yang dibahas, dengan memakai penjelasan siswa terdahulu sebagai dasar diskusi.
4. Tahap Elaborasi (Elaboration) Pada tahap ini pengalaman baru dirancang untuk membantu siswa membangun pemahaman yang lebih luas tentang konsep yang telah diterangkan. Siswa memperluas konsep yang telah dipelajari, membuat koneksi dengan konsep lain yang berhubungan, serta mengaplikasikan pemahaman mereka dalam dunia nyata. Siswa bekerja secara kooperatif, mengidentifikasi dan menyelesaikan aktifitas baru. Pada tahap ini guru berharap siswa menggunakan definisi, identifikasi dan penjelasan yang diberikan sebelumnya, mendorong siswa untuk menerapkan atau memperluas konsep serta keterampilan dalam situasi baru.
5. Tahap Evaluasi (Evaluation) Pada tahap evaluasi, guru dapat mengamati pengetahuan atau pemahaman siswa dalam menerapkan konsep baru. Siswa dapat melakukan evaluasi diri dengan mengajukan pertanyaan terbuka dan mencari jawaban dengan menggunakan observasi, bukti, dan penjelasan yang diperoleh sebelumnya. Hasil evaluasi ini dapat dijadikan guru sebagai bahan evaluasi tentang proses penerapan model learning cycle yang sedang diterapkan, apakah sudah berjalan dengan sangat baik, cukup baik, atau masih kurang. Demikian pula melalui evaluasi diri, siswa akan dapat mengetahui kekurangan atau kemajuan dalam proses pembelajaran yang sudah dilakukan.
Berdasarkan tahapan dalam strategi pembelajaran learning cycle seperti yang telah dipaparkan, diharapkan siswa tidak hanya mendengar keterangan guru tetapi dapat berperan aktif untuk menggali, menganalisis, mengevaluasi pemahamannya terhadap konsep yang dipelajari. Berikut adalah kelebihan dan kekurangan siklus belajar (Learning Cycle) 5E. Berikut adalah kelebihan :
a. Meningkatkan motivasi belajar karena siswa dilibatkan secara aktif dalam proses pembelajaran.
b. Membantu mengembangkan sikap ilmiah siswa.
c. Pembelajaran menjadi lebih bermakna.
Adapun kekurangan penerapan model learning cycle 5E yang harus selalu diantisipasi adalah sebagai berikut :
a. Efektifitas pembelajaran rendah jika guru kurang menguasai materi dan langkahlangkah pembelajaran.
b. Menuntut kesungguhan dan kreativitas guru dalam merancang dan melaksanakan proses pembelajaran.
c. Memerlukan pengelolaan kelas yang lebih terencana dan terorganisasi, memerlukan waktu dan tenaga yang lebih banyak dalam menyusun rencana dan melaksanakan pembelajaran.[9]
D.    Learning Cycle 7e
Model pembelajaran yang dapat melibatkan aktivitas siswa dalam belajar agar dapat meningkatkan sikap ilmiah dan prestasi belajar siswa adalah Learning Cycle 7E. Model pembelajaran Learning Cycle 7E dapat memfasilitasi siswa untuk mengingat kembali materi pelajaran yang telah mereka dapatkan sebelumnya, melatih siswa untuk menjadi lebih aktif dan menambah rasa keingintahuan, melatih siswa belajar menemukan konsep melalui kegiatan eksperimen, demonstrasi, dan peristiwa dalam kehidupan sehari-hari. Namun, model pembelajaran Learning Cycle memiliki kelemahan. Kelemahan dari model pembelajaran Learning Cycle adalah jika pelaksanaan pembelajaran dengan Learning Cycle tidak efektif dapat menimbulkan tidak sistematisnya pengetahuan yang dibangun pada siswa. Ketidaksistematisan ini menimbulkan tidak efektifnya dalam penyampaian pengetahuan kepada siswa yang akhirnya berdampak kurang pahamnya siswa terhadap konsep yang telah diajarkan.
Berdasarkan penjelasan di atas, ketujuh tahapan learning cycle 7e adalah :
1. Elicit (memunculkan pemahaman awal siswa) Pada tahap ini guru berusaha menimbulkan atau mendatangkan pengetahuan awal siswa dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan mendasar yang berkaitan dengan materi yang akan dipelajari. Pertanyaan tersebut diambil dari beberapa contoh mudah yang diketahui siswa dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini bertujuan untuk mendapatkan respon dari siswa serta merangsang keingintahuannya terhadap jawaban-jawaban dari pertanyaan yang diajukan oleh guru.
2. Engagement (melibatkan) Kegiatan pada fase ini bertujuan untuk mendapatkan perhatian siswa, mendorong kemampuan berpikirnya, dan membantu mereka mengakses pengetahuan awal yang telah dimilikinya. Hal penting yang perlu dicapai adalah timbulnya rasa ingin tahu siswa tentang tema atau topik yang akan dipelajari. Guru memberitahu siswa agar lebih berminat dalam mempelajari konsep dan memperhatikan guru dalam mengajar. Tahap ini dilakukan dengan cara demonstrasi, diskusi, membaca, atau aktivitas lainnya.
3. Exploration (menyelidiki) Pada fase eksplorasi, siswa diberi kesempatan untuk bekerja baik secara mandiri maupun secara berkelompok tanpa instruksi atau pengarahan secara langsung dari guru. Siswa memanipulasi suatu obyek, melakukan percobaan, penyelidikan, pengamatan, mengumpulkan data, sampai pada membuat kesimpulan awal dari percobaan yang dilakukan. Guru berperan sebagai fasilitator, yakni membantu siswa agar bekerja pada lingkup permasalahan (hipotesis yang dibuat sebelumnya) dan memberikan kesempatan kepada siswa untuk menguji dugaan/hipotesis yang telah mereka tetapkan. Dengan demikian, siswa diharapkan memperoleh pengetahuan dengan pengalaman langsung yang berhubungan dengan konsep yang telah dipelajari.
4. Explaination (menjelaskan) Kegiatan belajar pada fase explain ini bertujuan untuk melengkapi, menyempurnakan, dan mengembangkan konsep yang diperoleh siswa. Guru mendorong siswa untuk menjelaskan konsep-konsep dan defenisi-defenisi yang dipahaminya dengan katakatanya sendiri serta menunjukkan contoh-contoh yang berhubungan dengan konsep untuk melengkapi penjelasannya. Dari defenisi dan konsep tersebut kemudian didiskusikan sehingga pada akhirnya menuju pada defenisi yang formal.
5. Elaboration (menguraikan) Pada fase elaborate siswa menerapkan simbol-simbol,definisi-defiisi, konsep-konsep, dan keterampilan-keterampilan pada permasalahan-permasalahan yang berkaitan dengan contoh dari pelajaran yang dipelajari.
6. Evaluation (menilai) Evaluasi merupakan tahap dimana guru mengevaluasi dari hasil pembelajaran yang telah dilakukan. Pada tahap ini dapat digunakan berbagai strategi penilaian baik secara formal maupun informal. Guru diharapkan secara terus-menerus melakukan observasi dan memperhatikan kemampuan dan keterampilan siswa untuk menilai tingkat pengetahuannya, kemudian melihat perubahan pemikiran siswa terhadap pemikiran awalnya.
7. Extend (memperluas) Pada tahapan akhir ini, siswa dituntut untuk berpikir, mencari, menemukan, dan menjelaskan contoh penerapan konsep dan keterampilan baru yang telah dipelajari. Guru dapat mengarahkan siswa untuk memperoleh penjelasan alternatif dengan menggunakan data atau fakta yang mereka eksplorasi dalam situasi yang baru. Selain itu, melalui kegiatan ini Guru meransang siswa untuk mencari hubungan konsep yang mereka pelajari dengan konsep lain yang sudah atau belum dipelajari.

PENUTUP
A.    Kesimpulan
Berdasarkan uraian yang telah dibahas, dapat disimpulkan bahwa :
1. Learning Cycle, yaitu suatu model pembelajaran yang berpusat pada pebelajar (student centered). Learning Cycle patut dikedepankan, karena sesuai dengan teori belajar Piaget, teori belajar yang berbasis konstruktivisme.
2. Karplus mengidentifikasi adanya Learning cycle 3e yang digunakan dalam model pembelajaran ini yaitu preliminary exploration, invention, dan discovery.
3. Learning cycle 5E merupakan rangkaian tahap-tahap kegiatan (fase) yang diorganisasi sedemikian rupa sehingga siswa berperan aktif untuk dapat menguasai kompetensikompetensi yang harus dicapai dalam tujuan pembelajaran.
4. Model pembelajaran Learning Cycle 7E dapat memfasilitasi siswa untuk mengingat kembali materi pelajaran yang telah mereka dapatkan sebelumnya, melatih siswa untuk menjadi lebih aktif dan menambah rasa keingintahuan, melatih siswa belajar menemukan konsep melalui kegiatan eksperimen, demonstrasi, dan peristiwa dalam kehidupan sehari-hari.
















DAFTAR PUSTAKA
Syah, Muhibbin, 2014. Psikologi Pendidikan, Bandung: Rosdakarya,
Hudojo, H. 2001. Pembelajaran Menurut Pandangan Konstruktivisme. Malang : FMIPA UM.
Purwanti Widhy. 2012. Learning Cycle Sebagai Upaya Menciptakan Pembelajaran Sains yang Bermakna. Yogyakarta : Universitas Yogyakarta.
Wena, Made. 2011. Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer. Jakarta : Bumi Aksara.
Wibowo, Arie. 2010. Penerapan Model Pembelajaran Siklus Belajar (Learning Cycle), Bandung, Rosdakarya.
Lorsbach. 2002. The Learning Cycle as a Tool for Planning Science Instruction. Tersedia: www.coe.ilstu.edu/.
https://rahmihadrifarza.wordpress.com/2014/01/07/pembelajaran-learning-cycle-7e/.
https://www.academia.edu/6942549/Model_Pembelajaran_Learning_Cycle.
http://nintyasintya.blogspot.com/2013/09/model-pembelajaran-learning-cycle-5e.html.




[1] Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan, Bandung: Rosdakarya, 2014, hlm. 87-88.
[3] https://www.academia.edu/6942549/Model_Pembelajaran_Learning_Cycle. diakses pada 23 mei 2017 pukul 07. 47 WIB.
[4] http://nintyasintya.blogspot.com/2013/09/model-pembelajaran-learning-cycle-5e.html. diakses pada 23 mei 2017, pukul 08. 30 WIB
[5] Widhy, Purwanti. Learning Cycle Sebagai Upaya Menciptakan Pembelajaran Sains yang Bermakna. Yogyakarta : Universitas Yogyakarta, 2012, hlm. 67-68
[6] Wena Made, Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer. Jakarta : Bumi Aksara, 2011. Hlm. 90.
[7] Arie Wibowo, Penerapan Model Pembelajaran Siklus Belajar (Learning Cycle), Bandung: Rosdakarya, 2010. Hlm. 65.
[8] Lorsbach. 2002. The Learning Cycle as a Tool for Planning Science Instruction. Tersedia: www.coe.ilstu.edu/.
[9] Lorsbach. 2002. The Learning Cycle as a Tool for Planning Science Instruction. Tersedia: www.coe.ilstu.edu/.
Share:

1 comment:

Powered by Blogger.

About us