Filsafat Idealisme dan Matrealisme
PENDAHULUAN
Filsafat modern terkenal pada abad
ke 19, filsafat kritisme kant yang tergolong idealis dilanjutkan oleh
pengikut-pengikutnya idealisme yang lain seperti Fiche, Schelling, Hegel. Namun
bila dibandingkan dengan Kant, ketiga tokoh ini lebih radikal dan lebih
idealis. Karena Kant disamping menempatkan subyek sebagai pengenalan,masih juga
menerima adanya obyek belaka yang disebutnya sebagai benda dalam dirinya.
Idealisme Jerman pernah mendominasi filsafat Jerman yang berusaha melengkapi
projek revolusioner. Aliran idealism disebut juga spiritualisme,manusia primer
dipandang sebagai makhluk rohani.
Materialisme sudah kita temukan
dalam filsafat Yunani purba. Menurut demokritos, kenyataan itu terdiri atas
atom yakni benda kecil yang tidak dapat dibagi, tidak dapat diamati, serta
bersifat menetap. Konsep materi atau kebendaan juga dapat dijadikan dasar bagi
suatu system filsafat yang lengkap dan berbicara tentang materialisme.
II.
POKOK
PERMASALAHAN
1.
Filsafat Idealisme, Materialisme dan Tokoh-tokohnya
2.
Dialektika Idealisme dan Materialisme
III.
PEMBAHASAN
1)
Filsafat Idealisme, Materialisme dan Tokoh-tokohnya.
a.
Filsafat
Idealisme, adalah suatu aliran yang
mengajarkan bahwa hakikat dunia fisik hanya dapat dipahami kaitanya dengan jiwa
dan roh. Istilah idealisme diambil dari kata idea,yakni sesuatu yang hadir
dalam jiwa.[1]
Sejarah
merupakan suatu proses rohaniah khuluk (nature). Dengan demikian,natur manusia
menjadi kultur atau sesuatu yang rohaniah, kenyataan sejati yang rohaniah
bersifat impersonalitas atau personalitas. Impersonalisme menunjuk pada
kenyataan rohani yang tidak sadar terhadap dirinya, sedangkan personalisme
bercirikan kesadaran terhadap diri. Sebagian orang memandang, bahwa seluruh
kenyataan terdiri atas kesatuan-kesatuan spikis atau immaterialistis. Pandangan
ini disebut pan psikisme atau monadisme sesuai dengan teori Leibnitz (1646-1716)
tentang monade. Oleh karena itu idealisme mempersoalkan roh, jiwa, dan idea pribadi
(personal). Manusia sebagai makhluk budaya ialah pendukung kenyataan ideal, seperti
dunia norma atau nilai, dan roh yang meliputi norma-norma itu menunjukkan
aspek-aspek rasionalitas, estetis dan religious. Oleh karena itu dapat
dibedakan antara idealisme nasional, idealisme etis, idealisme estetis dan
idealisme religious.
Ø Menurut idealisme rasional, hakikat manusia adalah kesanggupan
untuk berfikir. Aristoteles (380-322SM) menggolongkan jiwa vegetative, animal
dan human ke dalam jiwa manusia. Jiwa manusia menunjukkan ciri-ciri yang
khas,kesanggupan manusia untuk berfikir disebut nous (budi).
Ø Pada asasnya,ucapan Descartes (1596-1650) ”cogito ergo sum” berarti
bahwa hakikat saya sebagai manusia adalah berfikir. Pemikir Perancis yang
dikenal sebagai seorang arsitek abad pemikiran modern ini mengajukan dua
doktrin prinsip dunia filsafat. Doktrin pertama adalah reduksionalisme
fisikomatematis yang komperensib yang menyatakan bahwa semua gejala yang terobvertasi
terutama harus diterangkan dengan referensi terhadap interaksi
partikel-partikel yang dapat diuraikan tersendiri dalam hal ukuran,bentuk,dan
gerakan. Doktrin kedua adalah konsepsi tentang jiwa yang berada diluar
pandangan murni yang pada hakekatnya hanya dapat dikuasai dari dalam melalui
refleksi introspektif. Pada masa pencerahan, pendirian tersebut diperuncing
menjadi pemujaan terhadap akal
Ø Menurut Hegel (1770-1831), arti makna atau nous bukanlah sesuatu
yang dimiliki tiap-tiap manusia,melainkan manusia menjadi alat nous yang
meliputi seluruh alam semesta.
Ø Hakikat manusia menurut idealisme etis ialah kemauannya,manusia
primer dipandang sebagai makhluk sosial. Kant (1724-1804) pernah mengatakan
bahwa segala sesuatu dialam semesta ini dapat diperalat kecuali manusia sebagai
makhluk berbudi merupakan tujuan terhadap dirinya sendiri.
Ø Idealisme estetis memandang perasaan sebagai hakikat manusia.
Menurut Goethe (1749-1832), kenyataan merupakan karya kesenian, demikian pula
kehidupan manusia. Berdasarkan pembawaannya yang wajar, manusia harus menjadi
kepribadian yang selaras dengan seluruh kosmos.
Ø Idealisme religious memandang kepercayaan sebagai hakikat manusia.
Menurut Plato (427-347 SM), manusia dengan erosnya, senantiasa menuju pada
idea-idea yang bersifat rohani. Sebenarnya kehidupan didunia adalah maya, kehidupan
yang sejati hanya ditemukan di dalam alam idea, yaitu Tuhan merupakan idea
tertinggi. Agustunus (354-430) memandang Tuhan sebagai roh yang menciptakan
idea-idea itu.[2]
b.
Materialisme, dalam arti kata luas yang mengakui kekhususan alam rohani dan
jiwa, tetapi memandangnya sebagai semacam alam kebendaan yang halus sekali
sifatnya, lain dari pada alam kebendaan biasa atau kasar. Pandangan ini juga
disebut Materialisme Dualistis. Menurut ucapan Comte yang terkenal paham
materialisme dalam arti kata khas baru muncul, bila muncul struktur-stuktur
yang lebih tinggi dan lebih rumit
dianggap berkembang dari struktur yang lebih rendah. Misalnya bila pikiran
manusia diasalkan dari pada gerak otak, pandangan dunia ditafsirkan sebagai
akibat dari pada getah gelenjar-gelenjar, aliran-aliran dalam dunia seni
dihubungkan dengan keadaan ekonomi. Ada juga suatu aliran yang ingin
menerangkan segala aktivitas manusia sebagai gejala suatu organisme hidup, pandangan
ini dapat digolongkan pada materialisme. Kadang-kadang para penganut aliran ini
lebih menekankan daya kehidupan dari pada struktur fisik yang mengembannya.[3]
Adapun beberapa kritik yang dapat diberikan terhadap materialisme:
1.
Materialisme
menyatakan bahwa alam wujud ini terjadi dengan sendirinya dari chaos (kacau
balau).
2.
Materialisme
menerangkan bahwa segala peristiwa diatur oleh hukum alam. Padahal pada
hakikatnya hukum alam ini adalah perbuatan ruhani.
3.
Materialisme
mendasarkan segala kejadian dunia dan kehidupan pada asal benda itu sendiri.
Padahal dalil itu menunjukkan adanya sumber dari luar alam itu sendiri yaitu Tuhan.
4.
Materialisme
tidak sanggup menerangkan suatu kejadian ruhani yang paling mendasar sekalipun[4].
Kaum
materialisme menyangkal adanya jiwa atau roh, mereka anggap sebagai pancaran
dari pada materi. Seperti perjalanan tidak lepas dari pada orang berjalan, demikian
juga gagasan sebagai suatu yang bersifat rohani, tidak lepas dari pada organisme
yang berfikir, demikian yang dituturkan oleh Thomas Hobbes ahli pikir Inggris (1588-1679).
Berdasarkan alasan yang sama ia menyangkal adanya suatu ruang mutlak lepas
dari pada barang-barang material.
Materialisme
pada abad 18 dan 19 sering kali sangat bersifat mekanistis, seperti yang
diutarakan oleh Holbach (1723-1789) segi manusia yang tak kelihatan disebut
jiwa, sedangkan segi alam yang tak kelihatan disebut Tuhan, gambaran berganda
ini kemudian diganti dengan menerangkan alam dan organisme manusia secara
mekanistis belaka. Pengaruh Holbach Nampak pada kalangan kaum Ensiklopedis yang
memperkenalkan ide-ide fajar budi lewat sebuah karya raksasa, yaitu
Ensiklopedi.[5]
2)
Dialektika Idealisme dan Materialisme
Dialektika
idealisme atau idealisme dialektis merupakan hasil pemikiran Georg Wilhelm
Friedrich Hegel (1770-1831) yang sangat berorientasi sama ilmu sejarah, ilmu
alam dan ilmu hukum. Ia dianggap sebagai murid Friedrich Wilhelm Joseph
Schelling (1775-1854) karena tulisanya terpublikasikan setelah Schelling.
Terdapat
beberapa hal penting dari pandangan Hegel. Pertama,dalilnya menyatakan bahwa
segenap realitas bersifat rasional dan yang rasional bersifat nyata. Ia sangat
mementingkan rasio pada subyek absolute. Ia berprinsip bahwa realitas
seluruhnya harus disetarafkan dengan suatu subyek. Realitas adalah roh yang
lambat laun menjadi sadar akan dirinya. Dengan pernyataan ia membantah pendapat
filsafat kepercayaan dan sastra Jerman yang disebut “romantika” yang
mengutamakan perasaan.
Kedua hal
penting lainnya dianggap paling penting dari seluruh pemikiran Hegel, yaitu
metode dialektik atau dialektika. Dialektika adalah uasaha mendamaikan, mengompromikan
dua pandangan atau lebih atau keadaan yang bertentangan menjadi satu kesatuan.
Herakleitos yang berpendapat,bahwa pertentangan adalah bapak segala hal, meskipun
menghargai Fichte yang membedakan aku dan non aku. Fichte berbeda dengan Hegel,
ia hanya membuat batas, sedangkan Hegel harus menghasilkan sesuatu yang baru.
Ada tiga fase
dalam dialektika, fase pertama tesis menampilkan lawanya, antithesis sebagai
fase kedua. Kemudian timbullah fase ketiga yang mendamaikan kedua fase itu yaitu
“aufgehoben” artinya bermacam-macam dicabut, ditiadakan,dan tidak berlaku lagi.
Hal ini disebut sintesis terdapat tesis dan antitesis tetap ada tetapi lebih
sempurna. Contoh anak menjadi sintesis dari ibu dan bapak, dan demokrasi
konstitusional menjadi sintesis dari diktator dan anarki, dan “menjadi”
merupakan sintesis dari ada dan tiada.
Dalam membangun
sistemnya, Hegel membagi filsafat menjadi tiga bagian yaitu:
1.
Logika
ialah bagian filsafat yang memendang roh dalam diri sendiri.
2.
Filsafat
alam memandang roh yang sudah ada atau diasingkan diluar diri sendiri.
3.
Filsafat
roh menggambarkan bagaimana roh dapat kembali pada diri sendiri.
Bagian penting lainnya dari filsafat Hegel adalah sejarah.
Pengertian utamanya adalah perjalanan atau proses menjadi sadarnya roh absolut.
Proses tersebut berlangsung sepanjang sejarah hidup manusia sampai titik
penghabisan.
Mengenai materialisme yang muncul berlawanan dengan idealisme dapat
dikemukakan sebagai berikut. Berdasarkan dialektika materialisme bahwa seluruh
kenyataan sejati adalah materi sehingga apapun dapat dijelaskan dalam proses
material. Materialisme terbagi menjadi dua. Pertama materialisme yang banyak
digunakan dalam menerangkan ilmu pengetahuan alam atau disebut materialisme
ilmiah. Tokoh-tokohnya antara lain Ludwig Buechner (1824-1899), Jakop
Molleschott (1822-1893), dan Ernst Haeckel (1834-1919). Kedua materialisme yang
bersifat filsafat merupakan reaksi atas idealisme. Materialisme ini lebih
pantas dibicarakan dalam rangka sejarah filsafat. Hegelian kiri meneruskan
filsafat Hegel dengan prinsip Hegelian yang memeluk cara berfikir dan bertindak
ekstrim, terutama dalam bidang politik dan agama. Pengikut pertama Hegelian
Kiri adalah Ludwig Feuerbach (1804-1872). Selain belajar dari Hegel,ia mampu
memberikan kritik yang tajam atas pemikiran Hegel yang dipandangnya sebagai
puncak rasionalisme modern. Menurutnya,dalam rasionalisme selalu ada suasana
religious sehingga pengenalan indrawi kurang mendapat penghargaan yang
semestinya.
Selanjutnya Karl Marx (1818-1883) ia dianggap sebagai eksponen
materialisme filsafat. Setelah mengenal filsafat Hegel menjadi eksponen
Hegelian kiri, ia belajar hukum. Pikiran-pikiranya ekstrim sehingga tidak mudah
masyarakat dan pemerintah menerimanya sampai akhirnya ia harus berpindah-pindah
kota. Di paris setelah terusir dari Koeln, ia bersahabat dengan Friedrich
Engels (1820-1895) anak pemilik pabrik tenun. Tentang dialektika Marx
berpendapat bahwa segala sesuatu yang bersifat rohani merupakan hasil dari
materi. Hal itu berarti bahwa bukan roh yang mendahului, melainkan materi
sehingga sesuai dengan pendapat Feuerbach, ia mengajukan pemikiran materialisme
dialektis. Dengan demikian Marx menolak materialisme Abad ke 18 yang tidak
membedakan mesin dari makhluk hidup. Adapun materialisme ilmiah pada Abad ke 19
bersifat mekanis. Materialisme diakletis menganggap bahwa perubahan kuantitas
dapat membuat perubahan kualitas.
Berdasarkan pendapat Marx dikenal juga sebutan yang lebih tepat
yaitu materialisme historis yang merupakan ciri awal materialismenya, apabila materialisme
diaklektis banyak dikerjakan Engels maka materialisme historis benar-benar
merupakan gagasan Marx sendiri. Pendapat lain mengatakan bahwa kita perlu
memandang Marx sebagai eksponen materialisme dialektis dari pada materialime
historis. Arah yang ditempuh sejarah ditentukan perkembangan saran produksi
yang bersifat material. Meskipun alat produksi dibuat manusia, namun sejarah
tidak bergantung pada kehendak manusia. Meskipun manusia membuat sejarah, tetapi
ia tidak bebas seperti materi sendiri. Begitu pula halnya dengan sejarah
ditentukan secara dialektis bukan mekanis. Sejarah ini bergulir menuju keadaaan
ekonomi tertentu,yaitu ekonomi komunis, Artinya milik pribadi menjadi milik
bersama.
Menurut Marx sarana produksi menentukan hubungan produksi ialah
hubungan antar manusia yang ditentukan oleh kedudukannya dalam proses produksi.
Dengan demikian terjadilah perbedaan antara pemilik dan pekerja. Dalam
masyarakat industri terbentuk dua kelas yang bertentangan yaitu kaum kapitalis
yang memiliki alat produksi dan kaum proletar yang menjual tenaga pada
kapitalis. Karena adanya kapitalisme,manusia diasingkan dari kodratnya sendiri,
yaitu dalam bentuk kenyataan. Artinya apa yang dihasilkan tidak menjadi
miliknya sendiri dan tidak menjadi bagian darinya tetapi milik kapitalis.
Besarnya kapital merupakan faktor yang menentukan perkembangan struktur
masyarakat. Barang kali hal ini merupakan kegagalan yang berhubungan dengan ciri
historis dan filsafat materialisme bukan ciri dialektiknya. Sebagai ideologi
politik, materialisme ini berkembang di negara-negara yang karenanya menjadi
komunis, yaitu Sovyet dan Republik Rakyat Cina.[6]
KESIMPULAN
Ø Materialisme merupakan faham atau aliran yang menganggap bahwa
dunia ini tidak ada selain materi atau alam dan dunia fisik adalah satu. Pada
abad pertama masehi faham materialisme tidak mendapat tanggapan yang serius,
bahkan pada abad pertengahan orang menganggap asing terhadap faham materialisme
ini. Baru pada zaman Aufklarung (perpecahan) materialisme mendapat tanggapan
dan penganut yang penting di Eropa Barat.
Ø Idealisme adalah suatu ajaran atau faham yang menganggap bahwa
realitas ini terdiri atas roh-roh atau jiwa, ide-ide dan fikiran atau yang
sejenisnya. Aliran ini merupakan aliran yang sangat penting dalam perkembangan
sejarah pikiran manusia. Mula-mula dalam filsafat barat kita temui dalam bentuk
ajaran yang murni dari Plato yang menyatakan bahwa alam, cita-cita itu adalah
yang merupakan kenyataan sebenarnya. Adapun alam nyata yang menempati ruang ini
hanyalah berupa bayangan saja dari alam idea itu.
PENUTUP
Demikian makalah yang kami buat,kami menyadari akan keterbatasan
pengetahuan kami dan ketidak sempurnaan dalam pembuatan makalah ini. Karena
kesempurnaan hanya milik Allah SWT semata. Untuk itu kami mengharap adanya
kritik dan saran dari pembaca demi kesempurnaannya makalah kami selanjutnya.
Kami mohon maaf atas segala kekurangan makalah yang kami buat. Semoga makalah
ini dapat bermanfaat bagi kita semua.Amin.
DAFTAR PUSTAKA
Maksum ali.2011.pengantar filsafat dari masa
klasik hingga postmodernisme.jogyakarta:ar-ruzz media.
Wiramihardja Sutardjo.2006.Pengantar filsafat.Bandung:Refika
aditama.
Peursen
Van.1979.orientasi di dalam filsafat.jakarta:gramedia.
[1]
Ali maksum.pengantar filsafat dari masa klasik hingga
postmodernisme.jogyakarta:ar-ruzz media.2011.h.361
[2]
Prof. Dr. Sutardjo A.wiramihardja,Psi.Pengantar filsafat.Bandung:Refika
aditama.2006.h.139.
[3]
Van peursen.orientasi di dalam filsafat.jakarta:gramedia.1979.h.152
[4]
Ali maksum.op cit.h.356
[5]
Van peursen.ibid. h.158
[6]
Prof.Dr.sutardjo wiratmaja.op.cit h.62-65
0 komentar:
Post a Comment