KOMPONEN DASAR
PEMBENTUK ILMU PENGETAHUAN
MENURUT ARCHIE
J. BAHM
Makalah
Disusun guna
memenuhi tugas
Mata kuliah :
Filsafat Ilmu Keislaman
![Description: C:\Users\User\Pictures\uin.jpg](file:///C:/Users/bigfoot/AppData/Local/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image002.jpg)
Oleh :
Moh Falihul Isbah (1600118053)
PROGRAM
PASCASARJANA
UNIVERSITAS
ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2017
I.
PENDAHULUAN
Pengetahuan merupakan hasil proses dari usaha manusia untuk
tahu. Berbedanya cara dalam mendapatkan pengetahuan tersebut serta tentang apa
yang dikaji oleh pengetahuan tersebut membedakan antara jenis pengetahuan yang
satu dengan yang lainnya.
Pengetahuan dikembangkan manusia disebabkan dua hal utama
yakni, pertama, manusia mempunyai bahasa yang mampu mengkomunikasikan informasi
dan jalan pikiran yang melatarbelakangi informasi tersebut. Kedua adalah
kemampuan berpikir menurut suatu alur kerangka berpikir tertentu. Secara garis
besar cara berpikir seperti ini disebut penalaran.
Penalaran merupakan suatu proses berpikir dalam menarik suatu kesimpulan yang berupa
pengetahuan. Agar pengetahuan yang dihasilkan itu mempunyai dasar kebenaran
maka proses berpikir itu harus dilakukan melalui suatu cara tertentu. Suatu cara tertentu baru dianggap sahih (valid)
kalau proses penarikannya dilakukan menurut cara tertentu. Cara penarikan
kesimpulan ini disebut logika, di mana logika secara luas dapat didefinisikan
sebagai “pengkajian untuk berpikir secara sahih”.
Pengetahuan banyak jenisnya, salah satunya adalah ilmu. Ilmu
merupakan bagian dari pengetahuan yang objek telaahnya adalah dunia empiris dan
proses mendapatkan
pengetahuannya sangat ketat yaitu menggunakan metode ilmiah. Ilmu menggabungkan
logika deduktif dan induktif, dan penentu kebenaran ilmu tersebut adalah dunia
empiris yang merupakan sumber dari ilmu itu sendiri.
II.
RUMUSAN MASALAH
Dari latar belakang
tersebut, kami memfokuskan pembahasan pada rumusan masalah sebagai berikut :
A.
Siapakah
Archie J. Bahm ?
B.
Bagaimana
definisi Ilmu Pengetahuan ?
C.
Bagaimana
pembagian komponen dasar ilmu pengetahuan menurut Archie J. Bahm ?
III.
PEMBAHASAN
A.
Archie J. Bahm
Archie John Bahm yang
lahir pada tanggal 21 Agustus 1907 dan meninggal pada tanggal 12 Maret 1996 ini adalah seorang filsuf Amerika dan profesor
filsafat di Universitas New Mexico. Bahm menjabat sebagai Plt Ketua University of New Mexico Departemen
Filsafat 1954-1955 dan lagi dari tahun 1964 sampai 1965. Dia adalah anggota
dari berbagai komite untuk mendukung dan mempromosikan pertukaran ide-ide filosofis dan terorganisir Albuquerque
Bab Daerah Barat Asosiasi Humanis Amerika pada tahun 1954.[1]
B.
Ilmu Pengetahuan
Kata ilmu berasal dari bahasa Arab (alima) dan
berarti pengetahuan.[2] Menurut Carles Siregar, yang dikutip
oleh amsal bakhtiar dalam bukunya yang berjudul filsafat ilmu menjelaskan bahwa ilmu adalah proses yang membuat
pengetahuan.[3]
Secara bahasa (etimologi), pengetahuan berasal dari bahasa
inggris yaitu knowledge. Dalam encyclopedia of philosophy dijelaskan bahwa
definisi pengetahuan adalah “kepercayaan yang benar (knowledge is
justified true belief).[4] Menurut istilah (terminologi),
pengetahuan adalah apa yang diketahui atau hasil pekerjaan tahu. Menurut Sidi
Gazalba dalam bukunya sistematika filsafat, pekerjaan tahu adalah hasil dari
kenal, sadar, insyaf, mengerti dan pandai.[5]
Sehingga pengetahuan merupakan hasil dari proses usaha belum tahu untuk menjadi tahu.
Masalah munculnya pengetahuan adalah masalah yang amat
penting dalam epistemologi, sebab akan menimbulkan jawaban yang bervariasi
paham filsafatnya, apakah jawaban itu bersifat apriori (jawaban yang belum
terbukti dengan pengalaman indra maupun batin) atau aposteriori (jawaban yang
telah terbukti dengan adanya pengalaman dan percobaan). Dengan demikian, Abbas
Hammami berpendapat yang dikutip surojiyo pada bukunya yang berjudul ilmu filsafat bahwa pengetahuan ini bertumpu pada
kenyataan objektif.[6]
Dibawah ini ada beberapa sumber dalam memperoleh pengetahuan, yaitu:
1. Pengalaman indera (sense experience)
Pengindraan
adalah alat yang paling vital dalam memperoleh pengetahuan, karena pengetahuan
berawal mula dari kenyataan yang dapat diinderai. Paham seperti ini dapat juga disebut
dengan realisme, yaitu paham yang berpendapat bahwa semua yang dapat diketahui
adalah kenyataan saja.
2. Nalar (reason)
penalaran
(reason) yaitu berfikir dengan menggabungkan beberapa pemikiran yang dianggap
dapat diterima (rasional) untuk memperoleh pengetahuan.
3. Otoritas (authority)
Otoritas
adalah kekuasaan yang sah yang dimiliki oleh seseorang dan diakui oleh
kelompoknya. Otoritas menjadi salah satu sumber pengetahuan karena dengan hak
otoritas seseorang, kelompok memiliki pengetahuan, dan pengetahuan yang
diperoleh melalui otoritas ini biasanya tidak diujikan lagi kebenarannya, karena
kewibawaan sang penguasa.
4. Intuisi (intuition)
Intuisi
adalah suatu kemampuan manusia melalui proses kejiwaan yang mampu membuat suatu
pernyataan yang dapat diakui sebagai pengetahuan. Pengetahuan yang diperoleh
dari intuisi ini tidak dapat dibuktikan melalui kanyataan, namun diyakini kuat
sebagai pengetahuan.
5. Wahyu (revelation)
Wahyu
adalah berita yang disampaikan tuhan kepada utusannya untuk kepentingan umat.
Yang kemudian dijadikan sebagai suatu kepercayaan karena didalamnya terdapat
pengetahuan.[7]
C.
Komponen Dasar Ilmu Pengetahuan
Archie
J. Bahm dalam tulisannya yang berjudul
“Apa Itu Ilmu” (What is Science), mengatakan, ilmu pengetahuan terkait dengan
masalah. Masalah adalah bagian dari ilmu pengetahuan. Jika tidak ada masalah,
maka tidak akan muncul ilmu pengetahuan. Pengetahuan ilmiah adalah hasil dari
pemecahan masalah ilmiah. Jika tidak ada
masalah, maka tidak ada pemecahan masalah, dengan demikian tidak ada
pengetahuan ilmiah. Untuk menjadi ilmiah, maka seseorang harus memiliki kemauan
untuk mencoba memecahkan masalah.
Menurut Bahm,
ilmu pengetahuan setidaknya melibatkan enam
komponen penting: 1) masalah (problems);
2) sikap (attitude); 3) metode
(method); 4) aktivitas (activity); 5) kesimpulan (conclusion); 6) pengaruh
(effects).
1.
Masalah (Problems)
Masalah mana yang dianggap mengandung sifat ilmiah? Menurut Bahm, suatu masalah
bisa dianggap ilmiah, sedikitnya memiliki tiga ciri: 1) terkait dengan
komunikasi; 2) sikap ilmiah dan 3) metode ilmiah. Tidak ada masalah yang
disebut ilmiah kecuali masalah tersebut bisa dikomunikasikan kepada orang lain.
Jika belum atau tidak dapat dikomunikasikan kepada orang lain atau masyarakat
maka belum dianggap ilmiah. Tidak ada masalah yang pantas disebut ilmiah
kecuali masalah tersebut bisa dihadapkan
pada sikap ilmiah. Demikian pula tidak ada masalah yang pantas disebut
ilmiah kecuali harus terkait dengan metode ilmiah.
2.
Sikap (attitude)
Sikap ilmiah (scientific attitude) menurut Bahm setidaknya harus memiliki enam
ciri pokok, yaitu: 1) keingintahuan (curiosity); Keingintahuan harus dimiliki
oleh seorang ilmuwan, seperti keinginan untuk menyelidiki, investigasi,
eksplorasi, dan eksperimentasi. 2) spekulasi (speculativeness); Hal ini penting
dalam rangka menguji hipotesis. Spekulasi juga merupakan ciri penting dalam sikap
ilmiah. 3) kemauan untuk berlaku objektif (willingness to be objective); Sikap
ini penting, sebab objektivitas
merupakan ciri ilmiah. Sikap demikian
harus dimiliki oleh seorang ilmuwan. 4) terbuka (open-maindedness); artinya
selalu bersedia menerima kritik dan saran ilmuwan lain secara lapang dada. 5)
kemauan untuk menangguhkan penilaian (willingness to suspend judgment) artinya
bersedia menangguhkan keputusan sampai semua bukti penting terkumpul. dan 6)
bersifat sementara (tentativity) artinya harus menerima bahwa kesimpulan ilmiah
bersifat sementara.
3.
Metode (Method) Menurut Bahm,
bahwa esensi dari sebuah pengetahuan adalah metode. Setiap pengetahuan memiliki
metodenya sendiri sesuai dengan permasalahannya. Meski diantara para ilmuwan
terjadi perbedaan tentang metode ilmiah, tetapi mereka sepakat bahwa masalah
tanpa observasi tidak akan menjadi ilmiah, sebaliknya observasi tanpa masalah
juga tidak akan menjadi ilmiah. Menurutnya, bahwa ilmu pengetahuan adalah
aktivitas menyelesaikan masalah dan melihat metode ilmiah sebagai sesuatu yang
memiliki karakteristik yang esensial bagi penyelesaian masalah. Ada lima
langkah esensial dan ideal –menurut Bahm– dalam menerapkan metode ilmiah yang
harus dipahami oleh seorang peneliti (ilmuwan), yaitu 1) memahami masalah; 2)
menguji masalah; 3) menyiapkan solusi; 4) menguji hipotesis dan 5) memecahkan masalah.
4.
Aktivitas (Activity)
Aktivitas dimaksud adalah penelitian ilmiah, yang memiliki dua aspek:
individual dan sosial. Aktivitas penelitian ilmiah meliputi: 1) observasi; 2) membuat hipotesis, 3)
menguji observasi dan hipotesis dengan cermat dan terkontrol.
5.
Kesimpulan (Conclusion)
Kesimpulan merupakan penilaian akhir dari suatu sikap, metode dan
aktivitas. Kesimpulan ilmiah tidak
pasti, tetapi bersifat sementara dan tidak dogmatis. Bahkan jika kesimpulan dianggap dogmatis, maka akan
mengurangi sifat dasar dari ilmu pengetahuan tersebut. Pada dasarnya ilmu
pengetahuan itu bersifat tidak stabil, setiap generasi berhak untuk menginterpretasikan
kembali tradisi ilmu pengetahuan itu.
6.
Pengaruh (Effects)
Ilmu pengetahuan memiliki dua pengaruh, yaitu: 1) pengaruh terhadap teknologi
dan industri; 2) pengaruh pada peradaban manusia. Industrialisasi yang
berkembang dengan pesat merupakan produk dari ilmu pengetahuan yang mempunyai
dampak besar terhadap perkembangan ilmu, sehingga nampak seperti yang terjadi
dalam perubahan sifat ilmu itu sendiri. Proses industrialisasi tidak akan dapat
diputarulang yang akhirnya ilmu pengetahuan itu sendiri mengalami proses
terindustrialisasi. Ilmu pengetahuan yang terindustrialisasi ini menjadi bagian
utama dari penggerak ilmu pengetahuan dan
menjadi sebuah sumber bidang penelitian yang memiliki prestise tinggi.[8]
Dengan demikian
dapat dipahami bahwasanya ilmu merupakan erat kaitannya dengan masalah yang
nantinya menjadi pengetahuan dan bisa dinyatakan pengetahuan ilmiah jika
melibatkan komponen-komponen ilmu pengetahuan ilmiah.
IV.
KESIMPULAN
Ilmu dapat diartikan sebagai suatu metode berfikir secara obyektif dalam
menggambarkan dan memberi makna terhadap dunia faktual dan berprinsip untuk
mengorganisasikan dan mensistematisasikan common sense, Sedangkan Pengetahuan
merupakan hasil dari proses usaha manusia untuk menjadi tahu, sehingga ilmu
pengetahuan merupakan kumpulan pengetahuan yang benar-benar disusun dengan
sistematis dan metodologis untuk mencapai tujuan yang berlaku universal dan
dapat diuji atau diverifikasi kebenarannya.
Sedangkan pemikiran Bahm merupakan salah satu penganut
empirisme, hal ini dapat dilihat dari kerangka berpikirnya dalam proses
penemuan ilmu (epistemology) yang berawal dari masalah didasarkan pada
fakta-fakta yang tertangkap melalui pengalaman manusia dan berahir pada
pemahaman serta pengaruh/ efeknya.
V.
Penutup
Demikian
yang dapat pemakalah sajikan, kami menyadari masih banyak kekurangan sehingga
kritik dan syaran yang sifatnya membangun sangat kami harapkan. Terima kasih
DAFTAR PUSTAKA
Bakhtiar ,
Amsal.2004. Filsafat Ilmu (edisi revisi). Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada.
Gazalba ,
Sidi.1992.Sistematika Filsafat. Jakarta: Bulan Bintang.
Ihsan , H.A.Fuad, 2010, Filsafat Ilmu,. Jakarta: Rineka
Cipta.
Surajiyo. 2005.
Ilmu Filsafat ; Suatu Pengantar. Jakarta: Bumi Aksara.
eprints.undip.ac.id/20634/1/2471-ki-fh-02.pdf
https://en.wikipedia.org/wiki/Archie_J._Bahm
[4]
Amsal Bakhtiar, 2004, Filsafat
Ilmu,
(edisi revisi),
Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, hlm. 85.
Siapa penulisnya?
ReplyDelete