Teori Belajar Learning Cycle (Siklus Belajar)
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang Masalah
Belajar adalah kegiatan yang
berproses dan merupakan unsur yang sangat fundamental dalam penyelenggaraan
setiap jenis dan jenjang pendidikan. Sebagian orang beranggapan bahwa belajar
adalah semata-mata mengumpulkan atau menghafalkan fakta-fakta yang tersaji
dalam bentuk informasi atau materi pelajaran. Skinner berpendapat bahwa belajar
adalah suatu proses adaptasi atau penyesuaian tingkah laku itu lantaran adanya
hubungan stimulus dengan respons.[1]
Model pembelajaran adalah suatu
rencana atau pola yang dapat digunakan untuk membentuk kurikulum (rencana
pembelajaran jangka panjang), merancang bahan-bahan pembelajaran, dan
membimbing pembelajaran di kelas atau yang lain.Siklus belajar bersandar pada
konstruktivisme sebagai dasar teoritisnya. “Konstruktivisme adalah model
dinamis dan interaktif tentang bagaimana manusia belajar”.[2] Sebuah
perspektif konstruktivis menganggap siswa harus terlibat secara aktif dalam
pembelajaran mereka dan konsep tidak ditransmisikan dari guru ke murid tapi
dibangun oleh siswa. Model pembelajaran berdasarkan teori konstruktivisme salah
satunya adalah model pembelajaran Learning Cycle (siklus belajar).
Pada tahun 1960-an, Robert Karplus
dan rekannya mengusulkan dan menggunakan model pembelajaran berdasarkan karya
Piaget. Model ini akhirnya akan disebut Siklus Belajar. Sejumlah penelitian
telah menunjukkan bahwa siklus belajar sebagai model pengajaran jauh lebih
unggul daripada model transmisi pasif di mana siswa penerima pengetahuan dari
guru mereka. Sebagai model pembelajaran, siklus pembelajaran memberikan
pengalaman belajar aktif yang direkomendasikan oleh Standar Pendidikan Sains
Nasional.
Siklus Belajar (Learning Cycle)
adalah suatu model pembelajaran yang berpusat pada pembelajar (student
centered). Learning Cycle merupakan rangkaian tahap-tahap kegiatan (fase) yang
diorganisasi sedemikian rupa sehingga pebelajar dapat menguasai
kompetensikompetensi yang harus dicapai dalam pembelajaran dengan jalan
berperanan aktif. Learning Cycle pada mulanya terdiri dari fase-fase eksplorasi
(exploration), pengenalan konsep (concept introduction), dan aplikasi konsep
(concept application). Learning Cycle 3E saat ini telah dikembangkan dan disempurnakan
menjadi 5E dan dan 7E.[3]
B.
Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah model pembelajaran
Learning cycle ?
PEMBAHASAN
A.
Model
Pembelajaran Learning Cycle
Pada dasarnya para siswa memasuki
kelas dengan pengetahuan, ketrampilan dan motivasi yang berbeda-beda dari
rumah. Ketika guru memberikan suatu materi pelajaran dalam kelas, siswa dalam
menerima pelajaran tersebut ada yang cepat dan ada yang lambat. Untuk mengatasi
masalah perbedaan kecepatan siswa dalam menerima materi dalam kelas dapat
digunakan model pembelajaran Leaning Cycle. Learning Cycle, yaitu suatu model
pembelajaran yang berpusat pada pebelajar (student centered). Learning Cycle
patut dikedepankan, karena sesuai dengan teori belajar Piaget, teori belajar
yang berbasis konstruktivisme, (Wibowo : 2010).
Kelebihan model pembelajaran LC
(Learning Cycle) meningkatkan motivasi belajar karena pebelajar dilibatkan
secara aktif dalam proses pembelajaran., dapat memberikan kondisi belajar yang
menyenangkan, meningkatkan ketrampilan sosial dan aktivitas siswa, membantu
siswa dalam memahami dan menguasai konsep-konsep fisika yang telah dipelajari
melalui kegiatan atau belajar secara berkelompok, sehingga dapat meningkatkan
hasil belajar fisika siswa. Sehingga, Model pembelajaran LC (Learning Cycle)
ini cocok diterapkan dalam pembelajaran fisika karena dapat mengatasi kesulitan
belajar siswa secara individu untuk memahami konsep karena lebih banyak
digunakan untuk pemecahan masalah.[4]
B. Learning
Cycle 3E
Model siklus belajar pertama kali
dikembangkan oleh Robert Karplus dari Universitas California, Barkley tahun 1970-an.
Karplus mengidentifikasi adanya tiga fase yang digunakan dalam model
pembelajaran ini yaitu preliminary exploration, invention, dan discovery.
Berkaitan dengan tiga fase dalam learning cycle, Charles Barman dan Marvin
Tolman menggunakan istilah exploration,concept introduction, dan concept
application. Joseph Abruscato menggunakan istilah exploration, concept
acquisition, dan concept application. Sedangkan Edmund Marek menggunakan
istilah exploration, term introduction, dan concept application. Walaupun
disebutkan dengan istilah yang berbeda, namun pada dasarnya mempunyai makna
yang sama menurut.[5] Model siklus belajar
adalah model pembelajaran yang dilaksanakan dengan tiga fase, yaitu fase
eksplorasi, pengenalan konsep, dan aplikasi konsep. Kegiatan pembelajarannya
dilakukan baik secara individual maupun berkelompok. Namun, secara umum
langkah-langkah pembelajarannya, meliputi :
1. Menyelidiki suatu fenomena
dengan bimbingan minimal, untuk membawa siswa pada identifikasi suatu pola
keteraturan dalam fenomena yang diselidiki (fase eksplorasi).
2. Mendiskusikan konsep-konsep yang
berhubungan dengan fenomena yang diselidiki (fase pengenalan konsep).
3. Menyediakan kesempatan kepada
siswa untuk menggunakan konsep-konsep yang telah diperkenalkan untuk penyelidikan
lebih lanjut (fase aplikasi konsep).[6]
C. Learning
Cycle 5E
Learning Cycle 5E adalah suatu
model pembelajaran yang berpusat pada siswa (student centered). Learning cycle
5E merupakan rangkaian tahap-tahap kegiatan (fase) yang diorganisasi sedemikian
rupa sehingga siswa berperan aktif untuk dapat menguasai kompetensi-kompetensi
yang harus dicapai dalam tujuan pembelajaran. Learning cycle 5E merupakan salah
satu metode perencanaan yang telah diakui dalam pendidikan IPA. Learning cycle
5E dikembangkan berdasarkan teori yang dikembangkan pada masa kini tentang
bagaimana siswa seharusnya belajar. Metode ini merupakan metode yang mudah
untuk digunakan oleh guru dan dapat memberikan kesempatan untuk mengembangkan
kreativitas belajar IPA pada setiap siswa kita. Guru harus menemukan cara-cara
memahami pandangan-pandangan siswa, merencanakan kerangka alternatif,
merangsang kebingungan antar siswa dan mengembangkan tugas-tugas yang
mengajukan konstruksi pengetahuan.[7]
Pembelajaran learning cycle terdiri
dari lima tahap,[8] yang terdiri atas tahap
pembangkitan minat (engagement), eksplorasi (exploration), penjelasan
(explanation), elaborasi (elaboration), dan evaluasi (evaluation).
1. Tahap Pembangkitan Minat
(Engagement) Tahap pembangkitan minat merupakan tahap awal dari siklus belajar.
Pada tahap ini, guru berusaha membangkitkan dan mengembangkan minat dan
keingintahuan (curiosity) siswa tentang topik yang akan diajarkan. Hal ini
dilakukan dengan cara mengajukan pertanyaan tentang proses faktual dalam
kehidupan sehari-hari (yang berhubungan dengan topik bahasan). Dengan demikian,
siswa akan memberikan respon/jawaban, kemudian jawaban siswa tersebut dapat
dijadikan pijakan oleh guru untuk mengetahui pengetahuan awal siswa tentang
pokok bahasan, kemudian guru perlu melakukan identifikasi ada/tidaknya
kesalahan konsep pada siswa. Dalam hal ini guru harus membangun
keterkaitan/perikatan antara pengalaman keseharian siswa dengan topik
pembelajaran yang akan dibahas.
2. Tahap Eksplorasi (Exploration)
Pada tahap eksplorasi dibentuk kelompok-kelompok kecil antara 2-4 siswa,
kemudian diberi kesempatan untuk bekerja sama dalam kelompok kecil tanpa
pembelajaran langsung dari guru. Dalam kelompok ini siswa didorong untuk
menguji hipotesis dan atau membuat hipotesis baru, mencoba alternatif
pemecahnnya dengan teman sekelompok, melakukan dan mencatat pengamatan serta
ide-ide atau pendapat yang berkembang dalam diskusi. Pada tahap ini guru
berperan sabagai fasilitator dan motivator. Pada dasarnya tujuan tahap ini
adalah mengecek pengetahuan yang dimiliki siswa apakah sudah benar, masih
salah, atau mungkin sebagian salah sebagian benar.
3. Tahap Penjelasan (Explanation)
Pada tahap penjelasan guru dituntut mendorong siswa untuk menjelaskan suatu
konsep dengan kalimat/pemikiran sendiri, meminta bukti dan klarifikasi atas
penjelasan siswa, dan saling mendengar secara kritis penjelasan antarsiswa atau
guru. Dengan adanya diskusi tersebut, guru memberi definisi dan penjelasan
tentang konsep yang dibahas, dengan memakai penjelasan siswa terdahulu sebagai
dasar diskusi.
4. Tahap Elaborasi (Elaboration)
Pada tahap ini pengalaman baru dirancang untuk membantu siswa membangun
pemahaman yang lebih luas tentang konsep yang telah diterangkan. Siswa
memperluas konsep yang telah dipelajari, membuat koneksi dengan konsep lain
yang berhubungan, serta mengaplikasikan pemahaman mereka dalam dunia nyata.
Siswa bekerja secara kooperatif, mengidentifikasi dan menyelesaikan aktifitas
baru. Pada tahap ini guru berharap siswa menggunakan definisi, identifikasi dan
penjelasan yang diberikan sebelumnya, mendorong siswa untuk menerapkan atau
memperluas konsep serta keterampilan dalam situasi baru.
5. Tahap Evaluasi (Evaluation) Pada
tahap evaluasi, guru dapat mengamati pengetahuan atau pemahaman siswa dalam
menerapkan konsep baru. Siswa dapat melakukan evaluasi diri dengan mengajukan
pertanyaan terbuka dan mencari jawaban dengan menggunakan observasi, bukti, dan
penjelasan yang diperoleh sebelumnya. Hasil evaluasi ini dapat dijadikan guru
sebagai bahan evaluasi tentang proses penerapan model learning cycle yang
sedang diterapkan, apakah sudah berjalan dengan sangat baik, cukup baik, atau
masih kurang. Demikian pula melalui evaluasi diri, siswa akan dapat mengetahui
kekurangan atau kemajuan dalam proses pembelajaran yang sudah dilakukan.
Berdasarkan tahapan dalam strategi
pembelajaran learning cycle seperti yang telah dipaparkan, diharapkan siswa
tidak hanya mendengar keterangan guru tetapi dapat berperan aktif untuk
menggali, menganalisis, mengevaluasi pemahamannya terhadap konsep yang
dipelajari. Berikut adalah kelebihan dan kekurangan siklus belajar (Learning
Cycle) 5E. Berikut adalah kelebihan :
a. Meningkatkan motivasi belajar
karena siswa dilibatkan secara aktif dalam proses pembelajaran.
b. Membantu mengembangkan sikap
ilmiah siswa.
c. Pembelajaran menjadi lebih
bermakna.
Adapun kekurangan penerapan model
learning cycle 5E yang harus selalu diantisipasi adalah sebagai berikut :
a. Efektifitas pembelajaran rendah
jika guru kurang menguasai materi dan langkahlangkah pembelajaran.
b. Menuntut kesungguhan dan
kreativitas guru dalam merancang dan melaksanakan proses pembelajaran.
c. Memerlukan pengelolaan kelas
yang lebih terencana dan terorganisasi, memerlukan waktu dan tenaga yang lebih
banyak dalam menyusun rencana dan melaksanakan pembelajaran.[9]
D. Learning
Cycle 7e
Model pembelajaran yang dapat
melibatkan aktivitas siswa dalam belajar agar dapat meningkatkan sikap ilmiah
dan prestasi belajar siswa adalah Learning Cycle 7E. Model pembelajaran
Learning Cycle 7E dapat memfasilitasi siswa untuk mengingat kembali materi
pelajaran yang telah mereka dapatkan sebelumnya, melatih siswa untuk menjadi
lebih aktif dan menambah rasa keingintahuan, melatih siswa belajar menemukan
konsep melalui kegiatan eksperimen, demonstrasi, dan peristiwa dalam kehidupan
sehari-hari. Namun, model pembelajaran Learning Cycle memiliki kelemahan.
Kelemahan dari model pembelajaran Learning Cycle adalah jika pelaksanaan
pembelajaran dengan Learning Cycle tidak efektif dapat menimbulkan tidak
sistematisnya pengetahuan yang dibangun pada siswa. Ketidaksistematisan ini
menimbulkan tidak efektifnya dalam penyampaian pengetahuan kepada siswa yang
akhirnya berdampak kurang pahamnya siswa terhadap konsep yang telah diajarkan.
Berdasarkan penjelasan di atas,
ketujuh tahapan learning cycle 7e adalah :
1. Elicit (memunculkan pemahaman
awal siswa) Pada tahap ini guru berusaha menimbulkan atau mendatangkan
pengetahuan awal siswa dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan mendasar yang
berkaitan dengan materi yang akan dipelajari. Pertanyaan tersebut diambil dari
beberapa contoh mudah yang diketahui siswa dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini
bertujuan untuk mendapatkan respon dari siswa serta merangsang keingintahuannya
terhadap jawaban-jawaban dari pertanyaan yang diajukan oleh guru.
2. Engagement (melibatkan) Kegiatan
pada fase ini bertujuan untuk mendapatkan perhatian siswa, mendorong kemampuan
berpikirnya, dan membantu mereka mengakses pengetahuan awal yang telah
dimilikinya. Hal penting yang perlu dicapai adalah timbulnya rasa ingin tahu
siswa tentang tema atau topik yang akan dipelajari. Guru memberitahu siswa agar
lebih berminat dalam mempelajari konsep dan memperhatikan guru dalam mengajar.
Tahap ini dilakukan dengan cara demonstrasi, diskusi, membaca, atau aktivitas
lainnya.
3. Exploration (menyelidiki) Pada
fase eksplorasi, siswa diberi kesempatan untuk bekerja baik secara mandiri
maupun secara berkelompok tanpa instruksi atau pengarahan secara langsung dari
guru. Siswa memanipulasi suatu obyek, melakukan percobaan, penyelidikan,
pengamatan, mengumpulkan data, sampai pada membuat kesimpulan awal dari
percobaan yang dilakukan. Guru berperan sebagai fasilitator, yakni membantu
siswa agar bekerja pada lingkup permasalahan (hipotesis yang dibuat sebelumnya)
dan memberikan kesempatan kepada siswa untuk menguji dugaan/hipotesis yang
telah mereka tetapkan. Dengan demikian, siswa diharapkan memperoleh pengetahuan
dengan pengalaman langsung yang berhubungan dengan konsep yang telah
dipelajari.
4. Explaination (menjelaskan)
Kegiatan belajar pada fase explain ini bertujuan untuk melengkapi,
menyempurnakan, dan mengembangkan konsep yang diperoleh siswa. Guru mendorong
siswa untuk menjelaskan konsep-konsep dan defenisi-defenisi yang dipahaminya
dengan katakatanya sendiri serta menunjukkan contoh-contoh yang berhubungan
dengan konsep untuk melengkapi penjelasannya. Dari defenisi dan konsep tersebut
kemudian didiskusikan sehingga pada akhirnya menuju pada defenisi yang formal.
5. Elaboration (menguraikan) Pada
fase elaborate siswa menerapkan simbol-simbol,definisi-defiisi, konsep-konsep,
dan keterampilan-keterampilan pada permasalahan-permasalahan yang berkaitan
dengan contoh dari pelajaran yang dipelajari.
6. Evaluation (menilai) Evaluasi
merupakan tahap dimana guru mengevaluasi dari hasil pembelajaran yang telah
dilakukan. Pada tahap ini dapat digunakan berbagai strategi penilaian baik
secara formal maupun informal. Guru diharapkan secara terus-menerus melakukan
observasi dan memperhatikan kemampuan dan keterampilan siswa untuk menilai
tingkat pengetahuannya, kemudian melihat perubahan pemikiran siswa terhadap
pemikiran awalnya.
7. Extend (memperluas) Pada tahapan
akhir ini, siswa dituntut untuk berpikir, mencari, menemukan, dan menjelaskan
contoh penerapan konsep dan keterampilan baru yang telah dipelajari. Guru dapat
mengarahkan siswa untuk memperoleh penjelasan alternatif dengan menggunakan
data atau fakta yang mereka eksplorasi dalam situasi yang baru. Selain itu,
melalui kegiatan ini Guru meransang siswa untuk mencari hubungan konsep yang
mereka pelajari dengan konsep lain yang sudah atau belum dipelajari.
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian yang telah dibahas, dapat
disimpulkan bahwa :
1. Learning Cycle, yaitu suatu model pembelajaran
yang berpusat pada pebelajar (student centered). Learning Cycle patut
dikedepankan, karena sesuai dengan teori belajar Piaget, teori belajar yang
berbasis konstruktivisme.
2. Karplus mengidentifikasi adanya Learning cycle 3e
yang digunakan dalam model pembelajaran ini yaitu preliminary exploration,
invention, dan discovery.
3. Learning cycle 5E merupakan rangkaian tahap-tahap
kegiatan (fase) yang diorganisasi sedemikian rupa sehingga siswa berperan aktif
untuk dapat menguasai kompetensikompetensi yang harus dicapai dalam tujuan
pembelajaran.
4. Model pembelajaran Learning Cycle 7E dapat
memfasilitasi siswa untuk mengingat kembali materi pelajaran yang telah mereka
dapatkan sebelumnya, melatih siswa untuk menjadi lebih aktif dan menambah rasa
keingintahuan, melatih siswa belajar menemukan konsep melalui kegiatan
eksperimen, demonstrasi, dan peristiwa dalam kehidupan sehari-hari.
DAFTAR PUSTAKA
Syah,
Muhibbin, 2014. Psikologi Pendidikan, Bandung: Rosdakarya,
Hudojo, H. 2001. Pembelajaran
Menurut Pandangan Konstruktivisme. Malang : FMIPA UM.
Purwanti Widhy. 2012. Learning
Cycle Sebagai Upaya Menciptakan Pembelajaran Sains yang Bermakna.
Yogyakarta : Universitas Yogyakarta.
Wena, Made. 2011. Strategi
Pembelajaran Inovatif Kontemporer. Jakarta : Bumi Aksara.
Wibowo, Arie. 2010. Penerapan
Model Pembelajaran Siklus Belajar (Learning Cycle), Bandung, Rosdakarya.
Lorsbach. 2002. The Learning
Cycle as a Tool for Planning Science Instruction. Tersedia:
www.coe.ilstu.edu/.
https://rahmihadrifarza.wordpress.com/2014/01/07/pembelajaran-learning-cycle-7e/.
https://www.academia.edu/6942549/Model_Pembelajaran_Learning_Cycle.
http://nintyasintya.blogspot.com/2013/09/model-pembelajaran-learning-cycle-5e.html.
[1]
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan, Bandung: Rosdakarya, 2014, hlm. 87-88.
[2] https://rahmihadrifarza.wordpress.com/2014/01/07/pembelajaran-learning-cycle-7e/.
diakses pada 20 mei 2017 pukul 07. 47 WIB.
[3]
https://www.academia.edu/6942549/Model_Pembelajaran_Learning_Cycle.
diakses pada 23 mei 2017 pukul 07. 47 WIB.
[4]
http://nintyasintya.blogspot.com/2013/09/model-pembelajaran-learning-cycle-5e.html.
diakses pada 23 mei 2017, pukul 08. 30 WIB
[5] Widhy, Purwanti.
Learning Cycle Sebagai Upaya Menciptakan Pembelajaran Sains yang Bermakna.
Yogyakarta : Universitas Yogyakarta, 2012, hlm. 67-68
[6] Wena Made, Strategi
Pembelajaran Inovatif Kontemporer. Jakarta : Bumi Aksara, 2011. Hlm. 90.
[7] Arie Wibowo, Penerapan Model
Pembelajaran Siklus Belajar (Learning Cycle), Bandung: Rosdakarya, 2010.
Hlm. 65.
[8]
Lorsbach. 2002. The Learning Cycle as a Tool for Planning Science
Instruction. Tersedia: www.coe.ilstu.edu/.
[9]
Lorsbach. 2002. The Learning Cycle as a Tool for Planning Science Instruction.
Tersedia: www.coe.ilstu.edu/.
that's a good written
ReplyDelete