Hadis Tentang Fluktuasi Iman
A. PENDAHULUAN
Kehidupan
manusia dimana lingkungannya jauh dari kondisi yang islami, dapat membawanya
kepada penurunan kadar keimanan dan penurunan kadar tersebut akan menjadi lebih
mudah lagi apabila manusia tersebut tidak mengetahui sifat-sifat keimanan.
Keimanan
dalam Islam, adalah bukan hanya dengan angan-angan dan bukan pula hanya dengan
hiasan belaka, akan tetapi keimanan adalah sebuah keyakinan yang menghujam
didalam hati dan dibuktikan dengan perbuatan.
Keimanan
adalah motivator yang mendorong manusia untuk melakukan perbuatan. Baik
buruknya perbuatan seseorang adalah tergantung baik buruknya keimanan
seseorang. Kondisi keimanan yang buruk akan menghasilkan perbuatan yang buruk
dan sebaliknya, kondisi keimanan yang baik akan menghasilkan perbuatan yang
baik.
Perhatikan sabda Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wasallam berikut ini:
”Iman itu kadang naik kadang turun, maka
perbaharuilah iman kalian dengan la ilaha illallah.” (HR Ibn Hibban)
Iman yang ada dalam hati kita mengalami
fluktuasi. Iman tersebut bisa bertambah kuat, namun juga dapat terkikis tanpa
kita sadari. Naik turunnya iman yang kita miliki tergantung kepada diri kita
sendiri dalam menjaganya. Sebagai seorang muslim, tentunya kita menginginkan
agar iman yang kita miliki tidak berkurang, tapi justru bertambah kuat.
Karenanya, kita harus mengetahui apa saja yang mempengaruhi naik turunnya kadar
keimanan dalam diri kita.[1]
B. RUMUSAN MASALAH
Bagaimana
Kehidupan manusia Dapat membuat Fluktuasi Iman Seseorang ?
C. PEMBAHASAN
Iman adalah at tashdiq, yaitu pengakuan dan
pembenaran. Rasulullah
Shallallahu 'alaihi wa sallam mendefinisikan iman dalam hadits ini sebagai
keyakinan yang ada dalam batin. Dan Ahlus Sunnah berkeyakinan, iman adalah
perkataan, perbuatan, dan niat (kehendak hati). Dan sesungguhnya, amal
perbuatan termasuk ke dalam nama iman.
"Sebagian ayat
al-Qur’an yang menjelaskan bahwa iman bisa naik dan bisa turun telah kita simak
pada pembahasan terdahulu. Dan telah kita sertakan pula sebagian kesimpulan dan
faedah penting pada akhir pembahasan tersebut. Pada pembahasan kali ini kita
akan simak bersama sebagian hadits yang menjelaskan bahwa iman bisa naik dan
bisa turun.
الْإِيمَانُ بِضْعٌ
وَسَبْعُونَ أَوْ بِضْعٌ وَسِتُّونَ شُعْبَةً فَأَفْضَلُهَا قَوْلُ لَا إِلَهَ
إِلَّا اللَّهُ وَأَدْنَاهَا إِمَاطَةُ الْأَذَى عَنْ الطَّرِيقِ وَالْحَيَاءُ
شُعْبَةٌ مِنْ الْإِيمَانِ
Iman
ada 70 sekian cabang atau 60 sekian cabang. Dan yang paling utamanya adalah
ucapan Laa ilaahaa illallah dan yang paling rendah adalah menghilangkan
gangguan dari jalan. Sedangkan iman adalah cabang dari iman. HR.
Muslim.
Al-Imam
an-Nawawi rahimahullah dalam Syarh Shahih Muslim menukilkan
pernyataan al-Qadhi ‘Iyadh rahimahullah:
وَقَدْ نَبَّهَ صَلَّى
اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَلَى أَنَّ أَفْضَلهَا التَّوْحِيد الْمُتَعَيِّن
عَلَى كُلّ أَحَد ، وَاَلَّذِي لَا يَصِحّ شَيْء مِنْ الشُّعَب إِلَّا بَعْد
صِحَّتِهِ . وَأَدْنَاهَا مَا يُتَوَقَّع ضَرَره بِالْمُسْلِمِينَ مِنْ إِمَاطَة
الْأَذَى عَنْ طَرِيقهم
“Nabi
shallallahi ‘alahi wa sallam telah memberikan penjelasan bahwa cabang iman yang
paling utama adalah tauhid yang diwajibkan atas setiap orang (untuk
mengucapkannya-pen) dan cabang ini cabang yang tidak akan sah sama sekali
cabang iman yang lain kecuai setelah cabang yang paling ini sah. Sedangkan
cabang iman yang paling rendah adalah menghilangkan sesuatu yang dikhawatirkan
akan mengganggu kaum muslimin.”
Dari penjelasan ini kiranya cukup jelas bahwa iman
bertingkat-tingkat. Ada cabang yang menjadi dasar bagi seluruh cabang iman yang
lain, yaitu kalimat Laa ilahaa illallah atau kalimat tauhid yang merupakan
miftahul jannah. Cabang yang apabila seseorang tidak mau mengucapkannya maka ia
tidak tergolong sebagai kaum muslimin. Cabang yang apabila telah mengucapkannya
namun melakukan perbuatan atau ucapan yang meruntuhkan/membatalkannya maka ia
akan tetap di dalam kerak neraka yang paling dasar seperti nasib kaum munafikin
yang sebagian sifatnya telah disinggung pada judul sebelum ini (Dalil dari
Kitabullah bahwa Iman Bisa Naik dan Bisa Turun).
Dan ada pula cabang yang apabila tidak dikerjakan maka iman
seseorang tidak hilang, masih tetap ada keimanan padanya hanya saja kurang
imannya karena tidak menjalankan cabang tersebut.[2]
Sebab turunnya
kadar iman
Ada banyak hal yang
dapat menurunkan kadar keimanan yang ada dalam diri kita. Secara garis besar,
sebab-sebab yang menurunkan kadar keimanan dapat datang dari dalam diri kita
sendiri, dan dari pihak luar.
Hal-hal yang menurunkan
kadar keimanan, yang berasal dari dalam diri kita diantaranya adalah:
1.
Kebodohan
Kebodohan merupakan
salah satu hal yang mengakibatkan berbagai perbuatan buruk. Boleh jadi
seseorang berbuat buruk karena ia tidak mengetahui bahwa perbuatannya itu
dilarang oleh agama. Bahkan bisa jadi ia tidak tahu akan balasan atas
perbuatannya kelak di akhirat. Karena itu, marilah kita berupaya semaksimal
mungkin untuk mencari dan menuntut ilmu, terutama ilmu agama, sehingga
terhindar dari perbuatan-perbuatan yang buruk, sebagai akibat dari kebodohan
kita sendiri.
2.
Ketidak-pedulian, keengganan, dan melupakan kewajiban
Keengganan seseorang
dalam ketika berurusan dengan hal-hal yang berbsifat ukhrowi membuatnya sulit
untuk dapat melakukan kebaikan. Padahal berbuat baik sudah merupakan salah satu
hal yang diperintahkan oleh Allah Subhanahu wa ta’alaa.
Melupakan kewajibannya
sebagai makhluk untuk beribadah kepada Allah Subhanahu wa ta’alaa dapat pula
menyebabkan kadar iman kita berkurang. Padahal, kita sebagai manusia diciptakan
Allah Subhanahu wa ta’alaa semata-mata untuk beribadah kepadanya. Nafsu duniawi
membuat orang lupa kewajiban utamanya ini. Akibatnya, ia akan semakin jauh dari
cahaya Allah Subhanahu wa ta’alaa.
3.
Menyepelekan perintah dan larangan Allah Subhanahu wa ta’alaa
Awal dari perbuatan
dosa adalah sikap menganggap sepele apa yang telah diperintahkan dan dilarang
oleh Allah Subhanahu wa ta’alaa. Sebagai akibatnya, orang yang menganggap
sepele perintah dan larangan-Nya akan senang sekali melakukan
perbuatan-perbuatan dosa. Sering juga ia menganggap bahwa apa yang dilakukannya
hanyalah dosa kecil. Padahal, jika dilakukan terus menerus, dosa-dosa kecil
tersebut akan semakin besar. Karena terbiasa melakukan dosa-dosa kecil, maka ia
sudah tidak ada perasaan takut dan ragu lagi utnuk melakukan dosa-dosa besar.
4.
Jiwa yang selalu memerintahkan berbuat jahat
Ibnul Qayyim Al
Jauziyyah mengatakan, Allah Subhanahu wa ta’alaa menggabungkan dua jiwa, yakni
jiwa jahat dan jiwa yang tenang sekaligus dalam diri manusia, dan mereka saling
bermusuhan dalam diri seorang manusia. Disaat salah satu melemah, maka yang
lain menguat. Perang antar keduanya berlangsung terus hingga si empunya jiwa
meninggal dunia.
Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wasallam bersabda: “..barang siapa yang diberi petunjuk Allah maka
tidak ada yang dapat menyesatkannya, dan barang siapa yang disesatkannya maka
tidak ada seorangpun yang dapat memberinya petunjuk”.
Sifat lalai, tidak mau
belajar agama, sombong dan tidak peduli merupakan beberapa cara untuk
membiarkan jiwa jahat dalam tubuh kita berkuasa. Sedangkan sifat rendah hati,
mau belajar, mau melakukan instropeksi (muhasabah) merupakan cara untuk
memperkuat jiwa kebaikan (jiwa tenang) yang ada dalam tubuh kita.
Sedangkan dari luar
diri kita, ada beberapa hal yang dapat menurunkan kadar keimanan kita,
diantaranya adalah:
1.
Syaithan
Syaithan adalah musuh
manusia. Tujuan syaithan adalah untuk merusak keimanan orang. Siapa saja yang
tidak membentengi dirinya dengan selalu mengingat Allah Subhanahu wa ta’alaa,
maka ia menjadi sarang syaithan, menjerumuskannya dalam kesesatan, ketidak
patuhan terhadap Allah Subhanahu wa ta’alaa, membujuknya melakukan dosa.
2.
Bujuk rayu dunia
Allah Subhanahu wa
ta’alaa berfirman dalam Al Quran:
“Ketahuilah, bahwa
sesungguhnya kehidupan dunia itu hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan,
perhiasan dan bermegah-megah antara kamu serta berbangga-bangga tentang
banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para
petani; kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning
kemudian menjadi hancur. Dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan
dari Allah serta keridaan-Nya. Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah
kesenangan yang menipu”. (QS, al-Hadiid: 20).
Pada hakikatnya, tujuan
hidup manusia adalah untuk akhirat. Dunia ini merupakan tempat kita untuk
mengumpulkan bekal bagi kehidupan kita di akhirat kelak. Segala kesenangan yang
ada di dunia ini merupakan kesenangan semu.
Namun tidak sedikit
orang yang tergoda oleh kesenangan sesaat ini, sehingga rela melakukan apa saja
demi kehidupan dunia. Bahkan meskipun harus mrnyalahi perintah Allah SWT
sekalipun.
3.
Pergaulan yang buruk
Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wasallam bersabda : “Seseorang itu terletak pada agama teman dekatnya,
sehingga masing-masing kamu sebaiknya melihat kepada siapa dia mengambil teman
dekatnya” (HR Tirmidzi, Abu Dawud, al-Hakim, al-Baghawi).
Teman dan sahabat yang
sholeh sangat penting kita miliki di zaman kini dimana pergaulan manusia sudah
sangat bebas dan tidak lagi memperhatikan nilai-nilai agama Islam. Berada
diantara teman-teman yang sholeh akan membuat seorang wanita tidak merasa asing
bila mengenakan jilbab. Demikian pula seorang pria bisa merasa bersalah bila ia
membicarakan aurat wanita diantara orang-orang sholeh. Sebaliknya berada
diantara orang-orang yang tidak sholeh atau berperilaku buruk menjadikan kita
dipandang aneh bila berjilbab atau bahkan ketika hendak melakukan sholat.
Menaikkan Kadar
Iman
Agar kadar iman dalam
diri kita tidak menurun, kita harus selalu menjaga dan memelihara keimanan kita
dengan baik. Bahkan sebisa mungkin, kita harus berupaya untuk meningkatkan
kadar keimanan yang kitamiliki. Namun, meningkatkan kadar keimanan bukanlah hal
yang mudah. Ada banyak usaha yang harus kita lakukan, terlebih lagi dengan
begitu banyaknya godaan yang mampu meruntuhkan keimanan kita.
Lantas, upaya apa saja
yang harus kita lakukan untuk meningkatkan kadar keimanan kita? Berikut ini ada
beberapa hal yang dapat kita lakukan untuk mempertebal kadar iman kita:
1.
Mempelajari ilmu agama islam yang bersumber pada Al Quran dan hadist
Banyak cara yang dapat
kita lakukan untuk dapat mempelajari ilmu agama, yang sesuai dengan tuntunan Al
Quran dan Hadist. Beberapa cara untuk menambah pengetahuan kita tentang agama
islam diantaranya adalah:
2 •
Memperbanyak membaca Al Quran dan merenungkan maknanya
Ayat-ayat Al-Qur’an
memiliki target yang luas dan spesifik sesuai kebutuhan masing-masing orang
yang sedang mencari atau memuliakan Tuhannya. Sebagian ayat Al-Qur’an mampu
menggetarkan kulit seseorang yang sedang mencari kemuliaan Allah, dilain pihak
Al-Qur’an mampu membuat menangis seorang pendosa, atau membuat tenang seorang
pencari ketenangan.
“Ini adalah sebuah
kitab yang Kami turunkan kepadamu penuh dengan berkah supaya mereka
memperhatikan ayat-ayatnya dan supaya mendapat pelajaran orang-orang yang
mempunyai pikiran.” (QS, Shaad: 29)
”Dan Kami turunkan dari
Al Qur’an suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman
dan Al Qur’an itu tidaklah menambah kepada orang-orang yang lalim selain
kerugian.” (QS, al-Israa’: 82)
3 •
Mempelajari sifat-sifat Allah Subhanahu wa ta’alaa
Bila seseorang memahami
sifat Allah yang Maha Mendengar, Maha Melihat dan Maha Mengetahui, maka ia akan
menahan lidahnya, anggota tubuhnya dan gerakan hatinya dari apapun yang tidak disukai
Allah.
Bila seseorang memahami
sifat Allah yang Maha Indah, Maha Agung dan Maha Perkasa, maka semakin besarlah
keinginannya untuk bertemu Allah di hari akhirat sehingga iapun secara cermat
memenuhi berbagai persyaratan yang diminta Allah untuk bisa bertemu dengan-Nya
(yaitu dengan memperbanyak amal ibadah).
Bila seseorang memahami
sifat Allah yang Maha Santun, Maha Halus dan Maha Penyabar, maka iapun merasa
malu ketika ia marah, dan hidupnya merasa tenang karena tahu bahwa ia dijaga
oleh Tuhannya secara lembut dan sabar.
4 •
Mempelajari sejarah kehidupan (Siroh) RasulullahShallallahu ‘alaihi
wasallam
Dengan memahami
perilaku, keagungan dan perjuangan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam,
akan menumbuhkan rasa cinta kita terhadapnya, kemudian berkembang menjadi
keinginan untuk mencontoh semua perilaku beliau dan mematuhi pesan-pesan beliau
selaku utusan Allah Subhanahu wa ta’alaa.
Seorang sahabat r.a.
mendatangi Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam dan bertanya, “Wahai
Rasul Allah, kapan tibanya hari akhirat?”. Rasulullah saw balik bertanya :
“Apakah yang telah engkau persiapkan untuk menghadapi hari akhirat?”. Si
sahabat menjawab , “Wahai Rasulullah, aku telah sholat, puasa dan bersedekah
selama ini, tetap saja rasanya semua itu belum cukup. Namun didalam hati, aku
sangat mencintai dirimu, ya Rasulullah”. Rasulullah saw menjawab, “Insya Allah,
di akhirat kelak engkau akan bersama orang yang engkau cintai”. (HR Muslim)
Inilah hadits yang
sangat disukai para sahabat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam. Jelaslah
bahwa mencintai Rasulullah adalah salah satu jalan menuju surga, dan membaca
riwayat hidupnya (siroh) adalah cara terpenting untuk lebih mudah memahami dan
mencintai Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam.
5 •
Mempelajari kualitas agama islam
Perenungan terhadap
syariat Islam, hukum-hukumnya, akhlak yang diajarkannya, perintah dan
larangannya, akan menimbulkan kekaguman terhadap kesempurnaan ajaran agama
Islam ini. Tidak ada agama lain yang memiliki aturan dan etiket yang sedemikian
rincinya seperti Islam, dimana untuk makan dan ke WC pun ada adabnya, untuk
aspek hukum dan ekonomi ada aturannya, bahkan untuk berhubungan suami -istripun
ada aturannya.
6 • Mempelajari
kehidupan orang-prang sholeh
Mereka adalah
generasi-generasi terbaik dari Islam. Mereka adalah orang-orang yang kadar
keimanannya diibaratkan sebesar gunung Uhud sementara manusia zaman kini
diibaratkan kadar keimananya tak lebih dari sebutir debu dari gunung Uhud.
Umar ra pernah
memuntahkan makanan yang sudah masuk ke perutnya ketika tahu bahwa makanan yang
diberikan padanya kurang halal sumbernya. Sejarah lain menceritakan tentang
lumrahnya seorang tabi’in meng-khatamkan Qur’an dalam satu kali sholatnya.
Atau cerita tentang
seorang sholeh yang lebih dari 40 tahun hidupnya berturut-turut tidak pernah
sholat wajib sendiri kecuali berjamaah di mesjid. Atau seorang sholeh yang
menangis karena lupa mengucap doa ketika masuk mesjid. Inilah cerita-cerita
teladan yang mampu menggetarkan hati seorang yang sedang meningkatkan keimanannnya.[3]
D.
PENUTUP
Cabang-cabang iman ada yang tertinggi dan ada yang terendah.
Cabang iman tertinggi dan paling mendasar adalah kalimat Laa
ilaaha illallah.
Orang yang mengerjakan sebagian cabang iman tapi tidak mau
mengucapkan cabang tertingginya maka tetap tidak berguna amalan iman yang ia
lakukan itu.
Cabang-cabang iman apabila ditinggalkan ada yang menjadikan
seseorang imannya tidak ada dan ada pula yang menjadikan imannya berkurang
namun tidak keluar dari lingkup orang-orang beriman.
Pentingnya mendalami ilmu agama agar tidak terjerumus dalam
kekafiran dan kesyirikan tanpa sadar.
E.
DAFTAR PUSTAKA
Hariyanto,A.1994.Pendidikan Agama Islam
untuk SLTP.Surabaya:Bintang Pustaka.
Mansoer, Hamdan,
dkk.2004. Pendidikan Agama Islam di Perguruan Tinggi Umum.
Jakarta:Departemen Agama RI.
http://fatwasyafii.wordpress.com/
/2014/03/27/dalil-dari-as-sunnah-bahwa-iman-bisa-naik-dan-turun/
0 komentar:
Post a Comment