mari belajar tentang ilmu-ilmu keislaman, filsafat, teori-teori belajar dan lain sebagainya

Tuesday, June 13, 2017

Hadis Tentang Fluktuasi Iman

Hadis Tentang Fluktuasi Iman



    A.    PENDAHULUAN
Kehidupan manusia dimana lingkungannya jauh dari kondisi yang islami, dapat membawanya kepada penurunan kadar keimanan dan penurunan kadar tersebut akan menjadi lebih mudah lagi apabila manusia tersebut tidak mengetahui sifat-sifat keimanan.

Keimanan dalam Islam, adalah bukan hanya dengan angan-angan dan bukan pula hanya dengan hiasan belaka, akan tetapi keimanan adalah sebuah keyakinan yang menghujam didalam hati dan dibuktikan dengan perbuatan.

Keimanan adalah motivator yang mendorong manusia untuk melakukan perbuatan. Baik buruknya perbuatan seseorang adalah tergantung baik buruknya keimanan seseorang. Kondisi keimanan yang buruk akan menghasilkan perbuatan yang buruk dan sebaliknya, kondisi keimanan yang baik akan menghasilkan perbuatan yang baik.

Perhatikan sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam berikut ini:

”Iman itu kadang naik kadang turun, maka perbaharuilah iman kalian dengan la ilaha illallah.” (HR Ibn Hibban)
Iman yang ada dalam hati kita mengalami fluktuasi. Iman tersebut bisa bertambah kuat, namun juga dapat terkikis tanpa kita sadari. Naik turunnya iman yang kita miliki tergantung kepada diri kita sendiri dalam menjaganya. Sebagai seorang muslim, tentunya kita menginginkan agar iman yang kita miliki tidak berkurang, tapi justru bertambah kuat. Karenanya, kita harus mengetahui apa saja yang mempengaruhi naik turunnya kadar keimanan dalam diri kita.[1]

B.     RUMUSAN MASALAH
Bagaimana Kehidupan manusia Dapat membuat Fluktuasi Iman Seseorang ?

C.     PEMBAHASAN
Iman adalah at tashdiq, yaitu pengakuan dan pembenaran. Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam mendefinisikan iman dalam hadits ini sebagai keyakinan yang ada dalam batin. Dan Ahlus Sunnah berkeyakinan, iman adalah perkataan, perbuatan, dan niat (kehendak hati). Dan sesungguhnya, amal perbuatan termasuk ke dalam nama iman.

"Sebagian ayat al-Qur’an yang menjelaskan bahwa iman bisa naik dan bisa turun telah kita simak pada pembahasan terdahulu. Dan telah kita sertakan pula sebagian kesimpulan dan faedah penting pada akhir pembahasan tersebut. Pada pembahasan kali ini kita akan simak bersama sebagian hadits yang menjelaskan bahwa iman bisa naik dan bisa turun.
الْإِيمَانُ بِضْعٌ وَسَبْعُونَ أَوْ بِضْعٌ وَسِتُّونَ شُعْبَةً فَأَفْضَلُهَا قَوْلُ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَأَدْنَاهَا إِمَاطَةُ الْأَذَى عَنْ الطَّرِيقِ وَالْحَيَاءُ شُعْبَةٌ مِنْ الْإِيمَانِ
Iman ada 70 sekian cabang atau 60 sekian cabang. Dan yang paling utamanya adalah ucapan Laa ilaahaa illallah dan yang paling rendah adalah menghilangkan gangguan dari jalan. Sedangkan iman adalah cabang dari iman. HR. Muslim.

Al-Imam an-Nawawi rahimahullah dalam Syarh Shahih Muslim menukilkan pernyataan al-Qadhi ‘Iyadh rahimahullah:
وَقَدْ نَبَّهَ صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَلَى أَنَّ أَفْضَلهَا التَّوْحِيد الْمُتَعَيِّن عَلَى كُلّ أَحَد ، وَاَلَّذِي لَا يَصِحّ شَيْء مِنْ الشُّعَب إِلَّا بَعْد صِحَّتِهِ . وَأَدْنَاهَا مَا يُتَوَقَّع ضَرَره بِالْمُسْلِمِينَ مِنْ إِمَاطَة الْأَذَى عَنْ طَرِيقهم
“Nabi shallallahi ‘alahi wa sallam telah memberikan penjelasan bahwa cabang iman yang paling utama adalah tauhid yang diwajibkan atas setiap orang (untuk mengucapkannya-pen) dan cabang ini cabang yang tidak akan sah sama sekali cabang iman yang lain kecuai setelah cabang yang paling ini sah. Sedangkan cabang iman yang paling rendah adalah menghilangkan sesuatu yang dikhawatirkan akan mengganggu kaum muslimin.”
Dari penjelasan ini kiranya cukup jelas bahwa iman bertingkat-tingkat. Ada cabang yang menjadi dasar bagi seluruh cabang iman yang lain, yaitu kalimat Laa ilahaa illallah atau kalimat tauhid yang merupakan miftahul jannah. Cabang yang apabila seseorang tidak mau mengucapkannya maka ia tidak tergolong sebagai kaum muslimin. Cabang yang apabila telah mengucapkannya namun melakukan perbuatan atau ucapan yang meruntuhkan/membatalkannya maka ia akan tetap di dalam kerak neraka yang paling dasar seperti nasib kaum munafikin yang sebagian sifatnya telah disinggung pada judul sebelum ini (Dalil dari Kitabullah bahwa Iman Bisa Naik dan Bisa Turun).
Dan ada pula cabang yang apabila tidak dikerjakan maka iman seseorang tidak hilang, masih tetap ada keimanan padanya hanya saja kurang imannya karena tidak menjalankan cabang tersebut.[2]
Sebab turunnya kadar iman

Ada banyak hal yang dapat menurunkan kadar keimanan yang ada dalam diri kita. Secara garis besar, sebab-sebab yang menurunkan kadar keimanan dapat datang dari dalam diri kita sendiri, dan dari pihak luar.
Hal-hal yang menurunkan kadar keimanan, yang berasal dari dalam diri kita diantaranya adalah:
1.    Kebodohan
Kebodohan merupakan salah satu hal yang mengakibatkan berbagai perbuatan buruk. Boleh jadi seseorang berbuat buruk karena ia tidak mengetahui bahwa perbuatannya itu dilarang oleh agama. Bahkan bisa jadi ia tidak tahu akan balasan atas perbuatannya kelak di akhirat. Karena itu, marilah kita berupaya semaksimal mungkin untuk mencari dan menuntut ilmu, terutama ilmu agama, sehingga terhindar dari perbuatan-perbuatan yang buruk, sebagai akibat dari kebodohan kita sendiri.
2.    Ketidak-pedulian, keengganan, dan melupakan kewajiban
Keengganan seseorang dalam ketika berurusan dengan hal-hal yang berbsifat ukhrowi membuatnya sulit untuk dapat melakukan kebaikan. Padahal berbuat baik sudah merupakan salah satu hal yang diperintahkan oleh Allah Subhanahu wa ta’alaa.
Melupakan kewajibannya sebagai makhluk untuk beribadah kepada Allah Subhanahu wa ta’alaa dapat pula menyebabkan kadar iman kita berkurang. Padahal, kita sebagai manusia diciptakan Allah Subhanahu wa ta’alaa semata-mata untuk beribadah kepadanya. Nafsu duniawi membuat orang lupa kewajiban utamanya ini. Akibatnya, ia akan semakin jauh dari cahaya Allah Subhanahu wa ta’alaa.
3.    Menyepelekan perintah dan larangan Allah Subhanahu wa ta’alaa
Awal dari perbuatan dosa adalah sikap menganggap sepele apa yang telah diperintahkan dan dilarang oleh Allah Subhanahu wa ta’alaa. Sebagai akibatnya, orang yang menganggap sepele perintah dan larangan-Nya akan senang sekali melakukan perbuatan-perbuatan dosa. Sering juga ia menganggap bahwa apa yang dilakukannya hanyalah dosa kecil. Padahal, jika dilakukan terus menerus, dosa-dosa kecil tersebut akan semakin besar. Karena terbiasa melakukan dosa-dosa kecil, maka ia sudah tidak ada perasaan takut dan ragu lagi utnuk melakukan dosa-dosa besar.
4.    Jiwa yang selalu memerintahkan berbuat jahat
Ibnul Qayyim Al Jauziyyah mengatakan, Allah Subhanahu wa ta’alaa menggabungkan dua jiwa, yakni jiwa jahat dan jiwa yang tenang sekaligus dalam diri manusia, dan mereka saling bermusuhan dalam diri seorang manusia. Disaat salah satu melemah, maka yang lain menguat. Perang antar keduanya berlangsung terus hingga si empunya jiwa meninggal dunia.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “..barang siapa yang diberi petunjuk Allah maka tidak ada yang dapat menyesatkannya, dan barang siapa yang disesatkannya maka tidak ada seorangpun yang dapat memberinya petunjuk”.
Sifat lalai, tidak mau belajar agama, sombong dan tidak peduli merupakan beberapa cara untuk membiarkan jiwa jahat dalam tubuh kita berkuasa. Sedangkan sifat rendah hati, mau belajar, mau melakukan instropeksi (muhasabah) merupakan cara untuk memperkuat jiwa kebaikan (jiwa tenang) yang ada dalam tubuh kita.
Sedangkan dari luar diri kita, ada beberapa hal yang dapat menurunkan kadar keimanan kita, diantaranya adalah:
1.    Syaithan
Syaithan adalah musuh manusia. Tujuan syaithan adalah untuk merusak keimanan orang. Siapa saja yang tidak membentengi dirinya dengan selalu mengingat Allah Subhanahu wa ta’alaa, maka ia menjadi sarang syaithan, menjerumuskannya dalam kesesatan, ketidak patuhan terhadap Allah Subhanahu wa ta’alaa, membujuknya melakukan dosa.
2.    Bujuk rayu dunia
Allah Subhanahu wa ta’alaa berfirman dalam Al Quran:
“Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia itu hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah-megah antara kamu serta berbangga-bangga tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani; kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. Dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridaan-Nya. Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu”. (QS, al-Hadiid: 20).
Pada hakikatnya, tujuan hidup manusia adalah untuk akhirat. Dunia ini merupakan tempat kita untuk mengumpulkan bekal bagi kehidupan kita di akhirat kelak. Segala kesenangan yang ada di dunia ini merupakan kesenangan semu.
Namun tidak sedikit orang yang tergoda oleh kesenangan sesaat ini, sehingga rela melakukan apa saja demi kehidupan dunia. Bahkan meskipun harus mrnyalahi perintah Allah SWT sekalipun.
3.    Pergaulan yang buruk
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda : “Seseorang itu terletak pada agama teman dekatnya, sehingga masing-masing kamu sebaiknya melihat kepada siapa dia mengambil teman dekatnya” (HR Tirmidzi, Abu Dawud, al-Hakim, al-Baghawi).
Teman dan sahabat yang sholeh sangat penting kita miliki di zaman kini dimana pergaulan manusia sudah sangat bebas dan tidak lagi memperhatikan nilai-nilai agama Islam. Berada diantara teman-teman yang sholeh akan membuat seorang wanita tidak merasa asing bila mengenakan jilbab. Demikian pula seorang pria bisa merasa bersalah bila ia membicarakan aurat wanita diantara orang-orang sholeh. Sebaliknya berada diantara orang-orang yang tidak sholeh atau berperilaku buruk menjadikan kita dipandang aneh bila berjilbab atau bahkan ketika hendak melakukan sholat.

Menaikkan Kadar Iman

Agar kadar iman dalam diri kita tidak menurun, kita harus selalu menjaga dan memelihara keimanan kita dengan baik. Bahkan sebisa mungkin, kita harus berupaya untuk meningkatkan kadar keimanan yang kitamiliki. Namun, meningkatkan kadar keimanan bukanlah hal yang mudah. Ada banyak usaha yang harus kita lakukan, terlebih lagi dengan begitu banyaknya godaan yang mampu meruntuhkan keimanan kita.
Lantas, upaya apa saja yang harus kita lakukan untuk meningkatkan kadar keimanan kita? Berikut ini ada beberapa hal yang dapat kita lakukan untuk mempertebal kadar iman kita:

1.    Mempelajari ilmu agama islam yang bersumber pada Al Quran dan hadist
Banyak cara yang dapat kita lakukan untuk dapat mempelajari ilmu agama, yang sesuai dengan tuntunan Al Quran dan Hadist. Beberapa cara untuk menambah pengetahuan kita tentang agama islam diantaranya adalah:
2 •    Memperbanyak membaca Al Quran dan merenungkan maknanya
Ayat-ayat Al-Qur’an memiliki target yang luas dan spesifik sesuai kebutuhan masing-masing orang yang sedang mencari atau memuliakan Tuhannya. Sebagian ayat Al-Qur’an mampu menggetarkan kulit seseorang yang sedang mencari kemuliaan Allah, dilain pihak Al-Qur’an mampu membuat menangis seorang pendosa, atau membuat tenang seorang pencari ketenangan.
“Ini adalah sebuah kitab yang Kami turunkan kepadamu penuh dengan berkah supaya mereka memperhatikan ayat-ayatnya dan supaya mendapat pelajaran orang-orang yang mempunyai pikiran.” (QS, Shaad: 29)
”Dan Kami turunkan dari Al Qur’an suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman dan Al Qur’an itu tidaklah menambah kepada orang-orang yang lalim selain kerugian.” (QS, al-Israa’: 82)
3 •    Mempelajari sifat-sifat Allah Subhanahu wa ta’alaa
Bila seseorang memahami sifat Allah yang Maha Mendengar, Maha Melihat dan Maha Mengetahui, maka ia akan menahan lidahnya, anggota tubuhnya dan gerakan hatinya dari apapun yang tidak disukai Allah.
Bila seseorang memahami sifat Allah yang Maha Indah, Maha Agung dan Maha Perkasa, maka semakin besarlah keinginannya untuk bertemu Allah di hari akhirat sehingga iapun secara cermat memenuhi berbagai persyaratan yang diminta Allah untuk bisa bertemu dengan-Nya (yaitu dengan memperbanyak amal ibadah).
Bila seseorang memahami sifat Allah yang Maha Santun, Maha Halus dan Maha Penyabar, maka iapun merasa malu ketika ia marah, dan hidupnya merasa tenang karena tahu bahwa ia dijaga oleh Tuhannya secara lembut dan sabar.
4 •    Mempelajari sejarah kehidupan (Siroh) RasulullahShallallahu ‘alaihi wasallam
Dengan memahami perilaku, keagungan dan perjuangan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam, akan menumbuhkan rasa cinta kita terhadapnya, kemudian berkembang menjadi keinginan untuk mencontoh semua perilaku beliau dan mematuhi pesan-pesan beliau selaku utusan Allah Subhanahu wa ta’alaa.
Seorang sahabat r.a. mendatangi Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam  dan bertanya, “Wahai Rasul Allah, kapan tibanya hari akhirat?”. Rasulullah saw balik bertanya : “Apakah yang telah engkau persiapkan untuk menghadapi hari akhirat?”. Si sahabat menjawab , “Wahai Rasulullah, aku telah sholat, puasa dan bersedekah selama ini, tetap saja rasanya semua itu belum cukup. Namun didalam hati, aku sangat mencintai dirimu, ya Rasulullah”. Rasulullah saw menjawab, “Insya Allah, di akhirat kelak engkau akan bersama orang yang engkau cintai”. (HR Muslim)
Inilah hadits yang sangat disukai para sahabat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam. Jelaslah bahwa mencintai Rasulullah adalah salah satu jalan menuju surga, dan membaca riwayat hidupnya (siroh) adalah cara terpenting untuk lebih mudah memahami dan mencintai Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam.
5 •    Mempelajari kualitas agama islam
Perenungan terhadap syariat Islam, hukum-hukumnya, akhlak yang diajarkannya, perintah dan larangannya, akan menimbulkan kekaguman terhadap kesempurnaan ajaran agama Islam ini. Tidak ada agama lain yang memiliki aturan dan etiket yang sedemikian rincinya seperti Islam, dimana untuk makan dan ke WC pun ada adabnya, untuk aspek hukum dan ekonomi ada aturannya, bahkan untuk berhubungan suami -istripun ada aturannya.
6 •  Mempelajari kehidupan orang-prang sholeh
Mereka adalah generasi-generasi terbaik dari Islam. Mereka adalah orang-orang yang kadar keimanannya diibaratkan sebesar gunung Uhud sementara manusia zaman kini diibaratkan kadar keimananya tak lebih dari sebutir debu dari gunung Uhud.
Umar ra pernah memuntahkan makanan yang sudah masuk ke perutnya ketika tahu bahwa makanan yang diberikan padanya kurang halal sumbernya. Sejarah lain menceritakan tentang lumrahnya seorang tabi’in meng-khatamkan Qur’an dalam satu kali sholatnya.
Atau cerita tentang seorang sholeh yang lebih dari 40 tahun hidupnya berturut-turut tidak pernah sholat wajib sendiri kecuali berjamaah di mesjid. Atau seorang sholeh yang menangis karena lupa mengucap doa ketika masuk mesjid. Inilah cerita-cerita teladan yang mampu menggetarkan hati seorang yang sedang meningkatkan keimanannnya.[3]



D.    PENUTUP
Cabang-cabang iman ada yang tertinggi dan ada yang terendah.
Cabang iman tertinggi dan paling mendasar adalah kalimat Laa ilaaha illallah.
Orang yang mengerjakan sebagian cabang iman tapi tidak mau mengucapkan cabang tertingginya maka tetap tidak berguna amalan iman yang ia lakukan itu.
Cabang-cabang iman apabila ditinggalkan ada yang menjadikan seseorang imannya tidak ada dan ada pula yang menjadikan imannya berkurang namun tidak keluar dari lingkup orang-orang beriman.
Pentingnya mendalami ilmu agama agar tidak terjerumus dalam kekafiran dan kesyirikan tanpa sadar.

E.     DAFTAR PUSTAKA
Hariyanto,A.1994.Pendidikan Agama Islam untuk SLTP.Surabaya:Bintang Pustaka.

Mansoer, Hamdan, dkk.2004. Pendidikan Agama Islam di Perguruan Tinggi Umum. Jakarta:Departemen Agama RI.

http://fatwasyafii.wordpress.com/ /2014/03/27/dalil-dari-as-sunnah-bahwa-iman-bisa-naik-dan-turun/











[1] Pendidikan Agama Islam di Perguruan Tinggi Umum. Mansoer, Hamdan, dkk.2004.  Jakarta:Departemen Agama RI.


[2]Pendidikan Agama Islam untuk SLTP. Hariyanto,A.1994. Surabaya:Bintang Pustaka.

[3] http://fatwasyafii.wordpress.com/
Share:

0 komentar:

Post a Comment

Powered by Blogger.

About us